Selasa, 30 Juni 2009

Sabda Bahagia

Pdt. Rudy Pranoto
28 Juni 2009
Matius 5: 1-12

Khotbah di bukit sudah sangat terkenal bahkan perikop ini juga terkenal di kalangan orang non Kristen, Mahatma Gandhi sering membaca khotbah ini, dia adalah orang yang punya cinta kasih persaudaraan yang sangat dalam dan sangat dipengaruhi oleh khotbah ini. Namun banyak orang yang mengerti kebenaran itu baru ada dalam ruang lingkup wahyu umum. Nilai-nilai Alkitab lebih dari itu, bila kita tidak dilahir barukan, sampai kapan pun kita tidak akan mengerti. Gandhi waktu membaca bagian ini memang dipengaruhi namun dia tetap tidak bisa menjadi Kristen karena dia kecewa dengan orang Kristen. Dalam suatu perjalanan dia direndahkan oleh orang Inggris yang Kristen. Paulus berkata bahwa kita adalah surat terbuka, karena itu kita harus menjadi teladan agar orang melihat kemuliaan Allah. Orang Kristen disebut Kristen justru oleh orang kafir yang melihat suatu perbedaan dalam diri orang Kristen, setiap mereka bertanya mereka diberi tahu bahwa mereka adalah pengikut Yesus Kristus. Kemarin di Persekutuan Wanita dikatakan bahwa hidup kita dikontrol pikiran, namun kita harus tahu bahwa pikiran kita harus dikendalikan oleh Firman. Dalam bukunya, Pdt. Stephen Tong mengatakan bahwa rasio bukan penentu, rasio harus tunduk kepada kebenaran Firman

Banyak yang berkata bahwa khotbah di bukit itu adalah inti khotbah Yesus. Injil Matius sangat sarat dengan tema Kerajaan Allah. Yesus Kristus memanggil murid-murid-Nya, ini adalah persiapan untuk membangun Kerajaan Allah. Tuhan memanggil mereka untuk mendirikan Kerajaan itu. Mat 4 Yesus mengajar, memberitakan Injil (peresmian Kerajaan Allah), lalu Mat 5 ini ada 8 sabda bahagia. Kalimat yang pertama, datanglah murid-murid kepada-Nya. Yang mendengar adalah orang banyak dan para murid. Matius mengatakan bahwa murid-murid-Nya datang kepada-Nya. Dalam mengajar Yesus membangun relasi dahulu dengan murid-murid, setelah orang-orang itu memiliki hati yang mau belajar barulah dia mengajar. Hal in menekankan bahwa ini seolah bersifat eksklusif. Bukankah eksklusifitas sering diserang??? Suatu hari ada orang yang beragama lain datang ke gereja saya, dulunya dia biasa-biasa saja, lalu sekarang dia ikut STRIS. Dia memikirkan kata eksklusif, jika ada orang sungguh memberitakan Injil, berpuasa, orang tersebut sering dikatakan eksklusif. Kita bukan mengeksklusifkan diri kita, namun Tuhan Yesus yang memisahkan kita. Kita ini dibedakan dari yang lain, itulah yang disebut Qados (kudus), yaitu dibedakan/dikhususkan dari yang lain. Kita sering tidak sadar siapa kita dihadapan Tuhan. Ada gejala yang tidak baik diantara orang Kristen, sering kali kita tidak sadar hal yang basic (dasar), kita sering mengajak orang untuk berdoa untuk melayani, namun sebelumnya orang yang diajak itu harus sadar bahwa dia menerima anugerah, dia diangkat menjadi anak, bila dia sadar hal ini maka dia akan menghargai anugerah Tuhan, bila dia tetap tidak menghargai anugerah tersebut berarti dia adalah orang bebal dan mungkin dia belum menerima anugerah Tuhan. Orang yang banyak diampuni adalah orang akan banyak berbuat kasih, sebenarnya setiap orang Kristen adalah orang banyak diampuni, kita harus sadar bahwa kita sudah banyak diampuni, hal in harusnya memicu hidup kita untuk semakin mengasihi dan memuliakan Tuhan.

Dalam perumpamaan tentang menabur benih, ada orang yang takjub namun benih Firman itu mati dan tidak bertumbuh, bila kita mengatakan bahwa suatu khotbah itu bagus, namun hal itu tidak memiliki pengaruh yang signifikan dalam hidup; sebenarnya mungkin memang bukan orang Kristen sejati (Ibrani 6). DalamYoh 2:24 dikatakan bahwa Yesus tidak mempercayakan diri-Nya kepada mereka, karena mereka cuma mau mujizat, mau apa yang keluar dari Tuhan, namun bukan Tuhan sendiri, bukan sang Pemberi namun pemberiannya. Dalam pelayanan kadang kita mengalami pergumulan, dan kita harus mengerti dan memiliki interaksi dengan orang yang kita layani. Saya berkata pada orang yang saya layani bahwa setiap masalah yang terjadi dalam hidup kita adalah ujian iman, seringkali Tuhan menguji orang yang dikasihi-Nya. Hidup ini adalah proses pergumulan yang panjang.

Ay 2, Yesus mulai mengajar, disini ada satu yang harus didengar. Lidah itu berbahaya, bisa membangun dan bisa merusak juga. Yang dikatakan Yesus adalah sesuatu yang sangat penting. Kita terlalu sering berbasa-basi, tanya apa kabar dan lalu menjawab baik. Suatu hari ada orang bertanya apa kabar, dan saya jawab ada baik ada buruk, dan dia kaget karena terlalu sering mengeluarkan kata-kata klise dan mendengar jawaban basa basi. Apa yang kita katakan harus menjadi message. Richard Baxter berkata bahwa setiap dia berbicara, dia berbicara seolah saya sekarat dan berkhotbah kepada orang yang sekarat yang mungkin tidak akan bisa bertemu lagi dengan dia. Setiap kita berkhotbah kita harus serius, apa yang dikatakan oleh Yesus Kristus bukan sekedar basa-basi, namun itu menjadi berita (message). Waktu membaca ayat 8 sabda bahagia ini kita berpikir bahwa ini adalah ideal yang kita tidak bisa lakukan. Yang kedua berpikir bahwa ini adalah sangat praktis dan gampang dilakukan, namun keduanya salah. Hal tersebut sulit namun bukan tidak bisa dilakukan.

Tuhan Yesus memulai dengan kata berbahagialah. Kita harus belajar spirit paradoks, suatu hal yang seolah bertentangan. Berbahagialah orang yang miskin dihadapan Allah, yang miskin di dalam roh. Terlebih lagi kata berbahagialah orang yang berduka cita, ini adalah paradoks. Dalam Mzm 51:18,19 dikatakan bahwaTuhan tidak suka dengan korban, Tuhan tidak menerima pelayanan namun dia berkenan pada hati yang hancur. Bila orang rajin pelayanan justru membuatnya congkak, maka dia akan dibuang Tuhan. Saya terkadang ingin marah bila pengurus-pengurus tidak memberikan teladan, namun disisi yang lain saya bersedih hati dan berdoa untuk mereka semua. Saya belajar terus, pelayanan itu berani memperhadapkan diri di hadapan Tuhan apa adanya. Saya tidak punya andil atau jasa, namun anugerah Tuhan itu sangat besar. Karena itu kalimat pertama adalah berbahagialah orang yang merasa rendah, tidak cinta Tuhan, bobrok, dan rapuh. Pengakuan dan kesadaran bukan sekedar sadar dan tahu namun ada langkah lanjutnya. Pada orang yang berzinah Tuhan berkata: “Akupun tidak menghukum kamu, tetapi jangan berbuat dosa lagi”. Bila saya tahu anugerah Tuhan itu besar, maka saya tidak bisa mempermainkannya. Bila Tuhan mau memakai itu adalah anugerah. Karena itu berbahagialah orang yang tidak mempunyai apa-apa, ini memakai kata ptochos, ptochos diartikan orang yang benar-benar tidak punya apa-apa, seperta janda miskin yang yang cuma memiliki 2 peser dan ketika dimasukkan uang itu maka dia sudah tidak punya apa-apa lagi, inilah arti miskin disini. Kebangunan rohani yang sejati selalu dimulai dengan hancur hati; kita tidak dipanggil untuk membandingkan diri dengan orang lain. Kita perlu memiliki kesadaran akan kemiskinan diri kita sendiri. Jemaat Laodikia merasa kaya, namun Tuhan mengatakan bahwa mereka miskin. Kita perlu untuk memiliki kesadaran akan hal ini. Waktu saya masih muda ada seorang coach (pelatih) dari luar negri yang berkata bahwa sepakbola Indonesia tidak bisa menjadi juara dunia karena tidak mengerti basic nya. Mat 7 mengatakan sama-sama bangunan namun beda basic, akhirnya yang dibangun diatas pasir akan roboh. Ini adalah basic, tidak ada yang kita bisa berikan kepada Allah, dan bila kita sekarang bisa melayani, itu hanyalah anugerah Allah. Orang Farisi berdoa membanggakan diri, menganggap diri benar dan mengganggap rendah yang lain, kontras dengan pemungut cukai yang memohon belas kasihan Tuhan. J.M Boyce menyatakan bahwa dia sudah melihat mengenai darah yang dipercikkan - kata hilastheti adalah bentuk kata kerja dari perkataan “tutup pendamaian” yang terdapat diatas tabut perjanjian TUHAN di dalam kemah (hilasterion) . Abraham belum tahu bahwa Kristus mati, namun dia memiliki iman yang melihat jauh, ini adalah iman penebusan (Allah yang menghidupkan orang mati) (Rm 4:17), padahal Abraham hanya tahu bahwa Allah adalah Pencipta (menjadikan dengan Firman-Nya apa yang tidak ada menjadi ada), dia memiliki iman yang menerobos. Pemungut cukai itu memiliki kesadaran akan penebusan itu, bila kita bisa baik maka hal itu adalah anugerah Tuhan.

Ay 4 berbahagialah orang-orang yang berduka cita karena mereka akan dihibur. orang yang merasa bahwa dia tidak bisa mengandalkan apapun dari dirinya, maka dia berduka cita. Taurat seharusnya menyadarkan bahwa kita tidak mampu melakukan Taurat itu dan memohon belas kasihan Tuhan. Namun sebaliknya orang-orang Israel justru sombong karena itu mereka dibuang Tuhan. Orang Kristen harus berduka cita karena kita tidak selalu berada dalam kondisi rohani yang baik. Pergumulan semacam ini sangat indah. Dalam kasus Ayub, Tuhan ingin supaya Ayub semakin mengenal Dia, bukan sekedar melalui kesaksian orang lain. Kta senang mendengarkan kesaksian orang lain, namun kita perlu untuk mengalami sendiri. Saya harap siapapun kita, kita memiliki pergumulan yang jelas, disitu iman kita benar-benar ditempa oleh Tuhan. Ini bukan suatu hal yang gampang. Bahagia itu tidak identik dengan senang-senang, bahagia itu bukan berarti tidak ada kesulitan. Pemimpin pujian sering salah dengan mengatakan bahwa kita harus bersuka cita, hal ini hanya pembiusan diri. Bila ada diantara kita yang menderita, saya menghargai pergumulan. Biarlah dengan hati yang apa adanya kita persembahkan diri kita dihadapan Tuhan. Biarlah kita bergumul. Mungkinkah seorang yang berduka cita berbahagia??? Dunia menjawab tidak, namun Tuhan menganggap kita berbahagia. Biarlah segala sesuatu yang bersifat dasar ini kita mengerti, dengan hati yang hancur kita bergumul, biarlah kita dipakai Tuhan demi kemuliaan-Nya. Amin.
(Ringkasan khotbah ini sudah diperiksa oleh pengkhotbah – KK)

GOD be praised!!!

Tidak ada komentar:

Posting Komentar