Sabtu, 30 Mei 2009

Hal Kerajaan Sorga - Perumpamaan tentang Talenta

Pdt. Rudy Pranoto

Matius 25:14-35; Lukas 17:20,21

24 Mei 2009


Perikop yang kita baca ini berhubungan dengan perikop sebelum dan sesudahnya. Dalam kitab Injil, kita percaya penulis memiliki alur tertentu, kita tidak harus mengertinya secara kronologis; penulis Injil meletakkan susunannya secara berbeda-beda, jadi yang penting adalah bagaimana mereka menyusun alurnya. Perikop ini merupakan bagian dalam khotbah tentang akhir zaman. Ketika kita berbicara mengenai perumpamaan, Tuhan Yesus tidak memberikan definisi, tanda-tanda lahiriah, keterangan lokasi dsb. namun Dia menjelaskan pengertian didalam perumpamaan. Yesus berkata pada waktu mereka mendengar orang percaya akan makin paham dan sebaliknya bagi orang yang tidak percaya akan semakin tidak mengerti, disini ada penggenapan dari nubuat Yesaya. Orang yang melihat namun tidak melihat, mendengar namun tidak mengerti. (Yes 6: 9-10). Yang mengerti hanyalah gereja Tuhan, tubuh Kristus yang sejati. Bagi kita, perumpamaan semakin membuat kita mengerti. Kerajaan Allah memberikan definisi dalam hidup kita bukan kita mendefinisikan kerajaan Allah.

Disini sang tuan memanggil hamba-hambanya dan dipercayakan kepada mereka 5 talenta, 2 talenta, dan 1 talenta. Mengapa berbeda-beda, sepertinya Tuhan kurang adil, namun dalam ayat 15 kita melihat bahwa mereka diberi masing-masing menurut kesanggupannya. Tuhan bukan tidak adil, namun Dia mengetahui takaran yang tepat bagi seseorang. Dalam pelayanan, kita harus mengerti bahwa Tuhan mengerti takaran kita, dan kita juga harus mengerti takaran kita sendiri, sehingga kita tidak iri atau minder. Pemikiran bahwa Tuhan tidak adil membuat hamba ini merasa iri.

Komentar terpanjang justru diberikan oleh hamba yang ke 3. Hamba ke 3 hanya diberi komentar apa sebabnya dia melakukan sedemikian. Yaitu karena ada satu konsep pengenalan yang salah akan Tuhan. Tuan adalah tuan yang kejam, kata hamba yang ke 3. Kita perlu untuk memiliki pengenalan akan Tuhan yang benar. Dalam 2 Korintus Paul berkata mengenai Yesus yang lain, dalam Galatia dia berkata mengenai Injil yang lain, seringkali kita membaca Injil namun salah. Itulah sebabnya hamba ke 3 ini tidak sanggup menerima keberadaan diri yang hanya menerima 1 talenta, dia menjadi malas-malasan (sebuah dosa yang berbahaya), dan memendam talentanya. Inilah sebabnya pengajaran yang benar sangatlah penting, pengertian yang salah akan Allah sangat bahaya, semakin giat semakin jauh kita dari Tuhan. Seorang yang punya kuda yang sangat kuat lalu pergi ke arah yang salah, maka dia akan semakin jauh dari tempat yang semestinya. Dengan pengertian yang salah akan Allah, maka semakin giat semakin berbahayalah kita, sebaliknya orang yang punya pengertian yang benar semestinya tidak loyo, namun makin giat; namun sekarang semuanya terbalik. Orang-orang saksi Yehuwa, orang-orang Mormon sangat giat, sementara orang-orang yang doktrinnya benar, tidak bekerja giat bagi Allah. Padahal pengertian yang benar itu menjadi penggerak dalam pelayanan yang benar. Paulus sangat giat, ketika dia belum bertobat dia menganiaya orang Kristen dan dia merasa bahwa dia berbakti kepada Allah. Semakin giat semakin dia jauh dari Tuhan, dan secara ironis ternyata dia tidak mengenal Allah sehingga harus bertanya “siapakah Engkau Tuhan???”. Pengenalannya yang benar terus dibentuk Allah, sehingga dia berkata “Aku tau siapa yang kupercaya.” ketika dia mengenal Allah yang benar, diapun bekerja giat bagi kemuliaan Allah. Pengenalan yang benar akan Allah sangatlah penting. Ada lagu berkata trust and obey (percaya dan taat), selain itu kita juga perlu pengenalan (understanding) yang benar. Hamba ke 3 berpikir bahwa Allah mau mencari untung, dia merasa bahwa dirinya akan dieksploitasi oleh Tuhan, sesungguhnya ketika kita bisa pelayanan bukan Tuhan mengeksploitasi kita, namun sebaliknya itu adalah anugrah yang besar bagi kita. Dia takut diperalat, takut rugi. Dia takut tersisih, takut tidak mendapat pengakuan dan dia pikir bahwa tuannya tidak akan segera datang sehingga dia juga tidak merasa perlu untuk giat bekerja. Dalam 1 Yoh 4 dikatakan bahwa adanaya ketakutan menunjukkan bahwa dia tidak mengasihi Allah. Hamba pertama dan kedua bekerja dengan setia dalam mengelola talenta yang dipercayakan, karena mereka memiliki pengenalan yang benar akan tuannya. Hal itu mempengaruhi etos kerja seseorang. Pengertian yang benar akan membawa pengaruh dlm hidup kita sehari-hari.

Tuan itu sebenrnya sangup bekerja sendiri, namun hamba ke 3 (secara salah) mengerti bahwa sang tuan mau mengeksploitasi dirinya. Ketika Tuhan mempercayakan suatu hal kepada kita, hal itu justru menunjukkan keagungan Tuhan. Yang maha kuasa mempercayakan kepada kita yang tidak layak untuk dipercayai. Ketika mempercayai manusia, Tuhan meresikokan Diri dan pekerjaan-Nya kepada manusia yang tidak layak. Kita susah untuk mempercayakan hal yang penting kepada pembantu yang sulit untuk dipercaya, atau yang cenderung untuk gagal. Kalau kita memberi kepercayaan kepada orang yang sangat bodoh, hal ini justru merupakan kepercayaan bukan eksploitasi, ini adalah anugrah bukan pemerasan. Kita memiliki resiko yang sangat besar untuk gagal namun Tuhan tetap mempercayakan ini adalah anugrah yang besar. Hamba pertama dan kedua menyadari hal itu adalah hak istimewa, inilah yang membedakan ke 2 jenis hamba ini. Pdt. Stephen Tong sering menyatakan no one comes to help, no one comes to contribute, but everybody comes to learn and to serve (tidak ada yang datang untuk menolong atau untuk berkontribusi, namun semua datang untuk belajar dan melayani). Dlm ay 16 kita meliaht ada kata “segera”, mereka menangkap itu sebagai anugerah yang luar biasa, disini ada urgensi ada suatu perasaan yang mendesak, dan ketika ini dikaitkan dengan konteks akhir zaman, kita memahami bahwa waktu tidak banyak lagi. Artinya kita akan mengerjakan bagian kita dengan setia.

Pengharapan akan akhir zaman, membuat kita semakin hati-hati dan giat dalam hidup ini, waktu yang didalamnya kita hidup tidak pernah berulang, orang yang sadar bahwa hidup cepat berlalu, secara tidak langsung akan termotivasi untuk mengerjakan sebaik mungkin talenta yang dipercayakan. Karena itulah Paulus berkata, tebuslah waktumu. Ada orang membagi tahap-tahap dalam hidup sedemikian: bermain, bersekolah, bekerja, berkarir, dan tahap pelayanan kita letakkan paling belakang. Kalau bisa 15 menit sebelum meninggal baru kita bertobat, kita melihat biasa orang menjadi lebih religius waktu mau mati. Ada seorang yang mau besuk ke orang sakit lalu mencari buku untuk diberi kepada orang yang sakit itu, tukang buku menyatakan buku rohani saja, buku rohani dipakai untuk orang-orang yang mau mati saja. Jangan sampai kita terlambat, waktu kita singkat, penyesalan di dalam neraka sama sekali tidak berguna. Banyak hamba Tuhan terus melayani sampai tua karena adanya kesadaran eskatologis. Orang yang masih muda sering suka untuk menunda, ketika kesadaran eskatologis datang, kita akan mengecap relatifitas waktu. Ay 19. lama setelah itu. Namun kedua hamba yang pertama menganggap itu singkat, karena itu mereka segera pergi dan menjalankan talenta tersebut. Orang yang mengerti me-manage waktu, hidupnya akan berbeda. Apa yang kita lakukan ketika diketahui bahwa hidup kita tinggal 1 hari, apa yang akan kita lakukan??? Makan minum dan manfaatkan hari terakhir ini??? Atau kita akan penginjilan, pelayanan segiat mungkin??? Kalau mau pelayanan segiat mungkin, apa alasan kita??? karena selama ini tidak pernah pelayanan??? Agustinus mengatakan kalau Tuhan akan datang besok, dia mengatakan bahwa dia tetap akan menanam jagung, dia tidak mendadak bertobat, karena setiap hari dia jalani dengan sangat serius, dia memiliki kesadaran eskatologis.

Ada kontras dari komentar sang tuan terhadap hamba 1, 2 dan yang ke 3. Baik kontras jahat, dan setia dikontraskan dengan malas. Orang yang tidak setia tidak tentu menghujat Tuhan, namun dia malas. Ketidak setiaan menyatakan diri dalam bentuk malas; ketika kita tidak maksimal untuk Tuhan, kita tidak setia. Hamba ketiga ini tidak boros seperti anak yang hilang, 1 talenta itu 6000 dinar, upah sehari kerja itu adalah 1 dinar, jadi 1 talenta adalah jumlah yang sangat besar.

Dia berdiam diri, takut salah, tidak beriman dan tidak mengasihi; waktu Tuannya kembali dia dgn percaya diri mengembalikannya. Disini kita melihat stagnasi/ keberhentian rohani, ini sangat berbahaya, tidak bertumbuh dalam pengenalan, dalam kerendahan hati, dalam kesetiaan. Kita harus bertumbuh dan berubah makin seperti Kristus. Kita perlu mengenal talenta yang diberikan kepada kita dan kita perlu bertanggung jawab dan mengerti tempat kita. Kalau kita tidak tahu tempat kita, kita cenderung akan sangat suka mengritik orang laen, bukan untuk membangun namun sebagai kompensasi karena dia tidak tahu apa yang harus dikerjakan. Siapapun kita, sudah diberi talenta oleh Allah, minimal 1 talenta, mari kita kenal diri kita, mengerti apa yang harus kita lakukan.

(Ringkasan khotbah ini sudah diperiksa oleh pengkhotbah-KK)

GOD be praised!!!

31 Mei 2009

31 Mei 09

GRII Bintaro Jl Maleo Raya, Ruko Sektor 9; Blok G 8-9 Bintaro Jaya Sektor 9
Ibadah I 07.00 Ibadah II 10.00 (Gedung Gereja Imanuel)
Pengkhotbah: Pdt. Rudy Pranoto
Liturgis : Bp. Tony Sutrisno (Ibadah I) ; Bp. Bintang Sitompul (Ibadah II)

PRII BSD
Ruko Malibu Blok B-25 BSD
Ibadah 17.00
Pengkhotbah: Pdt. Rudy Pranoto
Liturgis : Bp. Daniel L Nugraha

Pemuda Remaja (30 Mei 2009)
Setiap hari Sabtu 17.00 di GRII Bintaro

Pemuda & Remaja - Gabungan (Nonton dan analisa Slumdog Millionaire - KKWhite)

Jumat, 22 Mei 2009

Manusia menatap hidup

Pdt. Rudie Gunawan
17 Mei 2009
Pengkhotbah 3:16-22

Pengkhotbah mewakili pandangan umum manusia akan dunia ini. Kata “aku” disini bukan mewaklili pribadi penulis, kata “aku” seringkali mewakli pandangan-pandangan umum yang sering dibicarakan masyarakat waktu itu. Kita percaya bahwa hal itu adalah hasil kerja keras penulis atas bimbingan Roh Kudus. Dalam bagian yang kita baca, diperkenalkan sebuah degree comparison, perbandingan yang bertingkat, makin baik atau makin buruk. Pendapat umum mengajak manusia untuk melihat kehidupan ini makin turun dan makin pesimis. Ay 16. ditempat keadilan ada ketidak adilan. Pada waktu itu ternyata ada pandangan yang sudah begitu sinis mengenai pengadilan, tempat keadilan ternyata justru menjadi tempat ketidak adilan. Kalau masuk pengadilan, maka hal itu seringkali menjadi hal yang menakutkan sebab sering ada ketidak adilan. Yang salah bukan rumahnya (rumah pengadilan), juga bukan orangnya, namun yang berbahaya adalah pengaruh, dan spiritnya. Dunia ini adalah dunia yang dimenangkan oleh Kristus, namun juga adalah dunia yang belum terhukum, kesabaran Allah masih panjang, dan didalamnya kita melihat penduduk yang dibuang atau yang didekap oleh Tuhan. Penduduk yang setia atau terbuang dihadapan Tuhan.

Namun kita tidak tau siapa yang tertolak itu, yang kita tahu adalah bahwa masih banyak orang yang harus pulang (kembali ke Tuhan). Yang kita ketahui adalah ada tempat yang vital yang masih dipengaruhi oleh spirit yang jahat, ditempat pengadilan terdapat ketidak adilan. Ay 17. si “aku” mewakili lagi pendapat banyak orang yang meresponi keadaan yang tidak sesuai dengan yang mereka cari, sehingga dengan nada yang begitu berani dan sedikit frustasi serta geram, dia berkata Allah akan menghakimi. Masyarakat kita sangat dipengaruhi oleh pengaruh animisme dan dinamisme, serta teori mengenai nasib ataupun karma sehingga hal tersebut sangat menyuburkan dunia santet dan perdukunan. Disini kita membawa-bawa yang ilahi untuk menghakimi menurut kepentingan dan dendam kita. Statement disini benar, Allah adalah Pengadil segala sesuatu. Banyak hal yang kita tidak bisa kontrol, termasuk alam. Ketika Allah ditempatkan dalam sebuah keputusan siklus, segala sesuatu ada waktunya, pertanyaannya adalah apakah hanya itu yang dikerjakan oleh Allah. Dalam konsep nasib agama timur, konsep ada yang baik dan buruk, konsep Yin Yang, maka hal itu mengunci kita.

Puji TUHAN ada Firman yang membebaskan kita untuk mengetahui bahwa segala sesuatu ada waktunya, Allah akan menghakimi. Namun jika ada motif dendam, maka yang ingin diselesaikan adalah objek dari kejengkelannya, bukan kejengkelannya sendiri. Inilah kesalahan yang sering kita lakukan. Kita harus menyelesaikan dulu diri kita (yang mendendam) bukan objek kejengkelan kita. Ada golongan orang yang sudah begitu biasa bermain sebagai allah, Allah pasti membalas, sering kali ini menjadi sebuah pernyataan dendam. Jika pendeta juga memiliki pandangan sepeti ini, maka pendeta akan menjadi dukun bagi jemaat. Ketika jemaat sakit, atau susah, dan pendeta pro kepada jemaat seperti ini, maka pendeta sedemikian pasti laku, dia berdoa untuk kesembuhan lalu dia mendapatkan mobil dsb. Ay 18. tentang anak-anak manusia, kita melihat degree comparison. Benarkah Allah melihat kita seperti binatang. Satu tema yang sangat saya suka ketika berbicara adalah ketika berbicara mengenai konsep kafir. Ending dari konsep kafir sering kali adalah membinatangkan sesama manusia. Dalam dunia karma ada 6 susun, bukan berhenti hanya sampai biatang namun sampai kepada setan. Kalau kita membinatangkan orang atau bahkan menyetankan manusia maka kita bukan orang Kristen lagi. Tadi kita melihat bahwa dia mengatakan Allah akan membalas, namun selanjutnya dia mengatakan bahwa Allah menganggap mereka binatang. Manusia tidak menyelesaikan dirinya sendiri, namun menyelesaikan objek kejengkelannya. ini berbahaya.

Ay 20. ketika manusia sudah tidak memiliki kesadaran akan yang baik, akhirnya dia memandang dirinya seperti binatang saja. Keduanya menjadi debu saja. Namun dalam ay. 21 ada sebuah sindiran Firman, ada perbedaan antara hidup manusia dan hidup binatang, manusia bukan sekedar berbeda dari pada binatang, namun dia memiliki sifat ilahi. Manusia memiliki kasih sayang ilahi. Apakah kita memandang orang lain seperti binatang, apakah kita mau bermain untuk menjadi seperti allah; jangan, sebab hidup kita sudah ditebus di dalam Kristus Yesus. Kiranya kita senantiasa menikmati bimbingan Firman, yang membuat hidup kita memiliki kualitas yang sebenarnya, menjadi berkat bagi sesama, dan mengabdi kepada Pencipta. Siapa yang memperlihatkan apa yang terjadi sesudah dia. Manusia tidak berhenti seperti binatang, namun dia terus berfikir dan berbahagia selamanya atau sebaliknya terhukum selamanya. Kiranya ini menjadi renungan dan dorongan bagi kita dalam menjalani panggilan kita sebagai manusia yang menjadi berkat bagi sesama dalam pengabdian kita kepada Allah.

(Ringkasan khotbah ini belum diperiksa oleh Pengkhotbah – KK)
GOD be Praised!!!

Rabu, 20 Mei 2009

Pengakuan Iman Penginjilan

1. Aku percaya Injil sebagai kuasa Allah untuk menyelamatkan setiap orang yang percaya.

2. Aku percaya satu Allah di dalam Tiga Pribadi, Pencipta manusia dan dunia, Hakim Tertinggi atas semua dosa dan Sumber keselamatan manusia.

3. Aku percaya kejatuhan manusia sebagai fakta sejarah yang menyebabkan polusi natur manusia secara total. Oleh sebab itu, manusia tidak mampu menyelamatkan dirinya sendiri.

4. Aku percaya anugerah Allah yang berdaulat kepada manusia yang tidak layak menerima keselamatan, yang memilih umat-Nya di dalam hikmat-Nya yang tertinggi oleh penetapan-Nya yang kekal, dan bertindak di dalam proses dinamis sejarah, untuk menebus mereka di dalam Anak Tunggal-Nya, Yesus Kristus.

5. Aku percaya akan inkarnasi Yesus Kristus melalui kelahiran anak dara, hidup-Nya tanpa dosa, penyaliban, kematian, kebangkitan dan kenaikan-Nya adalah fakta-fakta sejarah yang menyusun esensi dan berita Injil, sebagai satu-satunya sarana untuk mencapai keselamatan Allah.

6. Aku percaya kuasa darah Yesus Kristus yang membersihkan, terkandung di dalam pengorbanan-Nya yang bersifat penggantian, pemulihan (propisiasi), penebusan dan pendamaian, yang memberikan hidup baru kepada manusia.

7. Aku percaya akan pemberitaan Injil sebagai satu-satunya berita baik, yang memberikan dasar hidup bahagia dan pengharapan kekal bagi umat manusia. Penginjilan adalah:

- Kesaksian hidup orang-orang Kristen sejati yang menundukkan diri mereka kepada perintah Allah.

- Menciptakan pertemuan pribadi antara orang-orang berdosa dengan Allah, melalui perantaraan Yesus Kristus.

- Penyebab yang menimbulkan iman yang menyelamatkan di dalam hati manusia.

- Kunci menuju pertumbuhan gereja dan kesukaan akan kehadiran-Nya yang kekal.

8. Aku percaya pertobatan sebagai bukti kelahiran baru dari Roh Kudus yang menghasilkan iman sejati di dalam Yesus Kristus dan menghasilkan buah-buah hidup baru.

9. Aku percaya akan pengurapan Roh Kudus di dalam penginjilan dalam bentuk keberanian, hikmat, kuat-kuasa, dan kesukaan menjadi saksi atas mereka yang mentaati Amanat Agung Yesus Kristus.

10. Aku percaya akan finalitas Injil yang adalah sempurna pada dirinya, yang tidak dapat digantikan atau dibandingkan, baik dengan pemikiran agama, ide filsafat, dan perbuatan baik duniawi (beda secara kualitatif), maupun dengan mandat kebudayaan dan kepedulian sosial di dalam iman ortodoks dan injili (hanya merupakan pelengkap dari pra- dan pasca-penginjilan), ataupun kariuna Roh Kudus dan mujizat dan tanda-tanda di dalam Alkitab (yang kadang-kadang Allah gunakan untuk menyaksikan Injil-Nya). Kita harus mempertahankan kesempurnaan Injil.

11. Aku percaya kuasa yang tidak berubah dari Injil Yesus Kristus yang mampu memelihara umat tebusan-Nya serta mengubah masyarakat melalui kesaksian mereka hingga hari penggenapan pemuliaan di saat kedatangan Yesus kembali.

Pengakuan Iman Reformed Injili

ALLAH
Kami percaya kepada satu-satunya Allah yang hidup dan benar, yang kekal dan keberadaan-Nya tergantung pada dirinya sendiri, yang melampaui dan mendahului semua ciptaan; yang dalam kekekalan-Nya ada dalam tiga pribadi; Bapa, Putera dan Roh Kudus, yaitu Allah yang Esa; yang menciptakan alam semesta dari ketiadaan oleh Firman-Nya yang berkuasa; yang menopang dan memerintah segala sesuatu yang telah diciptakan-Nya serta memelihara ketetapan-ketetapan-Nya yang kekal.


ALKITAB
Kami percaya bahwa Alkitab Perjanjian Lama dan Perjanjian Baru adalah penyataan Allah yang sempurna yang diilhamkan Roh Kudus kepada para penulisnya dan karena itu adalah benar tanpa salah dalam naskah aslinya. Alkitab menyatakan di dalamnya kesaksian Roh Kudus, dan merupakan wibawa tunggal dan mutlak bagi iman dan kehidupan, baik untuk perseorangan, gereja, maupun masyarakat. Kami percaya bahwa Alkitab tidak bersalah dalam segala hal yang diajarkannya, termasuk hal-hal yang menyangkut sejarah dan ilmu.


MANUSIA
Kami percaya bahwa manusia telah diciptakan secara unik menurut rupa Allah, diciptakan dengan kekudusan, keadilan dan pengenalan sejati; dan diperintahkan Allah untuk menghayati pikiran-pikiran Allah sebagai seorang pemelihara perjanjian yang taat: ia dipercayakan untuk memerintah dan mengusahakan ciptaan Allah lainnya untuk kemuliaan Allah. Kami percaya bahwa seluruh segi kehidupan harus dihayati di bawah perintah Allah sebagai ungkapan ketaatan kepada hukum-hukum Allah.


DOSA
Kami percaya bahwa apa yang telah terjadi dalam diri Adam dan juga adalah wakil umat manusia, mengakibatkan seluruh umat manusia telah jatuh dalam dosa dan maut; mati secara rohani, patut menerima murka adil Allah, tanpa pengharapan dan tanpa pertolongan untuk memperoleh keselamatan, baik dari dirinya sendiri atau dari luar dirinya maupun dari dunia ini.


PERJANJIAN ANUGERAH
Kami percaya bahwa Allah dalam kekekalan telah membuat perjanjian untuk umat pilihan-Nya, dengan Yesus Kristus sebagai Kepala; bahwa melalui ketaatan Yesus Kristus yang sempurna dan kematian-Nya sebagai pengganti manusia di kayu salib, Kristus telah memenuhi tuntutan murka Allah terhadap umat-Nya.
Melalui kuasa kebangkitan Kristus, Allah terus-menerus memanggil dan mengumpulkan umat-Nya dari segala zaman dan segala bangsa untuk menjadi suatu imamat yang rajani dan bangsa yang kudus bagi kemuliaan-Nya.


YESUS KRISTUS
Kami percaya kepada Yesus Kristus, Pribadi kedua Allah Tritunggal, Allah sejati dan manusia sejati, satu-satunya Juruselamat manusia; yang telah dikandung oleh Roh Kudus, lahir dari anak dara Maria; hidup tanpa dosa, disalibkan mati dan bangkit dari kematian, naik ke surga, duduk di sebelah kanan Allah Bapa untuk bersyafaat bagi umat-Nya sebagai Imam Besar, yang berhasil dan penuh pengertian; bahwa Dia akan datang kembali dalam tubuh kemuliaan-Nya, secara kasatmata dan secara tiba-tiba untuk menghakimi orang yang hidup dan yang mati.


ROH KUDUS
Kami percaya kepada Roh Kudus, Pribadi ketiga Allah Tritunggal, Pengilham Ilahi Alkitab, yang menginsyafkan manusia akan dosa mereka melalui Firman-Nya, yang melahirbarukan mereka, sehingga tumbuh iman dan pertobatan kepada Yesus Kristus untuk keselamatan; Dia memperlengkapi orang-orang beriman dengan kuasa untuk menaati hukum-hukum Allah; Dia mengaruniakan kepada Gereja Yesus Kristus karunia-karunia untuk pelayanan orang kudus; Dia bersyafaat bagi orang beriman dengan keluh kesah yang tak terucapkan untuk dan sampai hari pemuliaan umat Allah.


GEREJA DAN MISSI
Kami percaya akan satu Gereja yang kudus dan am, yang terdiri dari seluruh umat pilihan Allah dari segala zaman dan yang sebagiannya kini terhisap dalam gereja setempat; gereja setempat harus merupakan ungkapan dari sifat Gereja yang kudus dan am tersebut dengan menjaga kemurnian ajaran sesuai dengan Alkitab, dengan mendahulukan persatuan berdasarkan kebenaran di dalam ikatan kasih antara berbagai gereja setempat dan aliran gereja yang ada, dengan memancarkan kemuliaan Allah melalui ibadah, pengajaran Firman Allah, pelaksanaan baptisan dan perjamuan kudus, persekutuan, pelaksanaan disiplin dalam kasih, pelayanan dan misi, kami percaya bahwa gereja ada di dalam dunia untuk memberitakan Injil Yesus Kristus dan mengungkapkan Ketuhanan Kristus lewat perbuatan-perbuatan nyata. Gereja menjalankan misi Yesus Kristus, yaitu menegakkan pemerintahan Kerajaan Allah atas dunia ini, baik melalui usaha-usaha penginjilan di dunia ini, sampai Kristus datang kembali untuk merampungkan penggenapan Kerajaan-Nya.

Beban dan Doa

Beban dan Doa Kami

(Visi dan panggilan berdirinya Gereja Reformed Injili Indonesia)

BEBAN KAMI
Berdasarkan anugerah Tuhan dan iman kepercayaan yang diwariskan dari zaman ke zaman kepada kita, kami akan melayani zaman ini dengan menegakkan mimbar yang setia kepada Firman Tuhan serta memberikan kabar baik yaitu Injil Kristus kepada sesama manusia. Beserta semua kaum pilihan Tuhan di seluruh dunia, kami ingin melihat gereja yang teguh didirikan sebagai saksi Kristus, untuk menyongsong abad yang akan datang.

DOA KAMI
Kami berdoa kiranya Roh Tuhan menggenapi setiap Firman yang dikotbahkan dari mimbar ini. Kami berdoa kiranya setiap jemaat yang mendengar Firman dari mimbar ini memperoleh iman yang sejati melalui Firman-Nya.


Kami berdoa kiranya manusia yang taat kepada Firman-Nya boleh mengalami keselamatannya di dalam Injil-Nya dan menjadi lebih sempurna seperti Tuhan kita. Kami berdoa kiranya mimbar ini menggugah hati nurani umat Tuhan yang hidup saleh dan benar di hadapan-Nya, hidup penuh kasih dan adil di dalam tubuh Kristus, serta bertanggung jawab di dalam seluruh segi hidupnya sebagai saksi Injil Kristus di dalam dunia.


Kiranya segala kemuliaan kembali bagi Tuhan pemberi Firman kepada manusia. Damai sejahtera memerintah setiap jiwa yang dikasihi-Nya sampai selama-lamanya. Tuhan berkatilah dan pimpinlah pelayanan mimbar ini sampai kehendak-Mu jadi. Nyatakanlah visi-Mu kepada umat-Mu, panggillah hamba-hamba-Mu bagi penuaian ladang-Mu. Berkatilah bangsaku melalui mimbar ini. Kabulkanlah doa hamba-Mu.


(Pdt. Dr. Stephen Tong)

Diambil dari: Renungan Kebaktian Perdana MRII 17 September 1989.

Wahyu 2:8-11

Pdt. Rudy Pranoto
26 Oktober 2008
Wahyu 2:8-11

Smirna adalah suatu kota yang sangat unik. Kota ini terletak di sebuah gunung yang sangat tinggi. Penduduk kota Smirna sangat setia kepada Roma. Jemaat disini dikatakan untuk setia karena secara kehidupan sehari-hari mereka setia pada Roma dan bangga sebagai sekutu Roma karena Roma merupakan suatu kekaisaran yang super power. Namun jemaat ini dikatakan segaai jemaat yang menderita, mengapa demikian???

Penderitaan sangatlah penting, kita telah mendengar khotbah mengenai pencobaan, dan kita mengerti bahwa pencobaan itu harus ada. Ada yang bisa kita dapatkan dari penderitaan. Kita tidak bangga karena penderitaan, penderitaan belum tentu menjadikan kita lebih matang, bahkan terkadang kita bisa goncang iman karena penderitaan. Penderitaan bahkan bisa membuat orang menjadi apatis. Teologi penderitaan berbicara mengenai menderita karena nama Tuhan. Ini jenis penderitaan yang berbeda dari penderitaan yang lain, jadi yang membuat kita bersuka cita adalah bahwa melalui penderitaan itu kita dibentuk untuk menjadi serupa dengan Kristus. Inilah tujuan utama manusia. Hidup yang menjadi berkat, hidup yang mengasihi dsb. menuju kepada penyempurnaan untuk menjadikan diri kita menjadi seperti Kristus. Penderitaan yang dibahas disini adalah jenis penderitaan yangn sangat berbeda, penderitaan disini adalah penderitaan karena salib. Dlm Kis 14:22 dikatakan bahwa kita tidak bisa meluputkan diri dari penderitaan. Sejenis ajaran dispensasi mengatakan bahwa pada akhir zaman orang baik akan diangkat pada zaman penganiayaan besar (great tribulation) di akhir zaman. Namun sebenarnya iman seseorang justru dimurnikan melalui penderitaan. Iman seorang akan dimurnikan melalui penderitaan, dan kasih karunia yang dari pada Tuhan adalah cukup bagi setiap kita yang mengalami penderitaan. Tuhan tahu benar takaran kita.

Dalam jemaat Smirna, Yesus mengatakan bahwa Dia adalah Alfa dan Omega, Yesus adalah Dia yang memegang kendali. Kita cukup menjalani hidup kita dengan normal, dan bila kita harus menderita karena kebenaran, maka kita harus setia. Pada waktu revolusi kebudayaan pada zaman Mao Zedong, banyak orang Kristen ditindas, namun dengan demikian kekristenan justru bertumbuh. Bila gereja tidak diberikan hak istimewa untuk menderita, maka gereja tersebut sangat berbahaya. Bila kita banyak mendapatkan penderitaan, maka kita harus bersyukur sebab itu adalah cara Tuhan untuk mendewasakan kita. Gereja di Eropa tidak ada pendritaan sehingga mereka terus menurun. Penderitaan bukan sekedar fisik, namun bisa juga mental dan spiritual. Bila kita tidak pernah mengalami penderitaan, bisa-bisa kita sedang berkompromi. Bila kita banyak kompromi, maka kita tidak merasakan perjuangan. Tidak benar bila kita baik-baik maka tidak ada hambatan yang menghalangi kita. Seringkali bila kita menegakkan kebenaran justru kita akan dibenci. Semangat humanis adalah semua orang saling menerima apa adanya. Yesus mengatakan bahwa Dia telah menang, Dia juga pernah menderita dan Dia telah bangkit dan menang. Pada ayat 9 ada penghiburan bagi orang yang menderita, yaitu perkataan Tuhan bahwa Dia tahu. Inilah penghiburan dari Tuhan, yaitu bahwa Dia mengetahui penderitaan tersebut. Bila kita menderita dan tidak ada yang tahu penderitaan kita, maka hal tersebut sangatlah berat. Kristus menyatakan bahwa Dia tahu dan pekerjaan mereka diakui oleh Tuhan. Diakui oleh Tuhan adalah hal yang sangat dan paling penting; kita sering mencari pengakuan dari manusia namun kita lupa mencari pengakuan dari Tuhan. Bila kita sadar bahwa Tuhan tahu, hal tersebut adalah penghiburan yang sangat luar biasa bagi kita.

Tuhan mengetahui penderitaan mereka berarti penderitaan mereka berada didalam kontrol Tuhan. Jemaat Smirna sangatlah miskin, secara finansial mereka sangat tidak mudah. Bila mereka bekerja didalam kekaisaran, lalu mereka menolak untuk menyembah kaisar mereka bisa dipecat. Dalam keadaan sepeti ini, mereka justru belajar untuk bergantung kepada Tuhan secara total. Penderitaan jemaat ini sangat mungkin jauh lebih berat dari pada penderitaan kita. Namun Tuhan mengatakan bahwa mereka tidak perlu takut sebab mereka kaya dimata Tuhan. Kita boleh miskin, susah dan menderita namun Tuhan mengatakan “berbahagialah kamu”, ini sangat paradoks, disini kita mengalami sukacita yang sangat penuh. Jemaat Smirna memang berbahagia, mereka menderita karena goncangan iblis, mereka miskin dan dianggap sedang mengalami kutukan Tuhan. Jemaat palsu memfitnah dan menuduh mereka, hal ini merupakan pekerjaan setan. Saya heran kalau ada hamba Tuhan yang senang bila ada hamba Tuhan jatuh, ini sangatlah mengerikan. Jemaat iblis terus menggoncang jemaat Smirna ini dengan menyatakan bahwa mereka sedang dikutuk Tuhan.

Jemaat Smirna adalah jemaat yang tidak ditegur oleh Tuhan, ini adalah jemaat yang baik, namun dalam kenyataannya mereka kelihatan sangat menderita. Kita harus berhati-hati dengan tuduhan-tuduhan, termasuk tuduhan diri kita terhadap diri sendiri. Tuhan telah menerima kita dan kita tidak berhak untuk tidak menerima diri, demikian juga dengan orang lain. Kita harus belajar dari jemaat Smirna ini. Jemaat Smirna didorong terus untuk belajar setia, setia didalam penderitaan sangat tidak mudah. Mother Theressa mengatakan bahwa dia dipanggil untuk setia kepada Tuhan, bukan untuk menjadi sukses. Kita harus setia dengan iman yang benar, jemaat Smirna diminta untuk terus setia sebagai hasil dari hidup yang beriman. Setia ini bukan sembarang setia, setia yang dimaksud adalah setia dalam iman yang benar. Iman yang benar adalah iman ynag berasal dari Firman. (Rm 10:17). Iman berbeda dengan keyakinan, iman berlandas kepada iman. Yesus meminta jemaat Smirna mengenal Diri-Nya, yang telah menderita dan menang. Yesus mau setiap orang yang mengikuti-Nya mengenal siapa Pribadi-Nya bukan sekedar apa yang telah diperbuat-Nya. Janji Tuhan bagi mereka yang setia adalah mahkota kehidupan, yaitu kehidupan yang melampaui apapun. Mereka boleh kehilangan nyawa karena kesetiaan mereka, namun mereka harus terus setia dan kemuliaan yang akan datang tidak bisa dibandingkan dengan penderitaan yang telah mereka alami. Penderitaan tersebut bukan penderitaan yang mudah. Polycarpus dalam masa tuanya ketika dia diperhadapkan pada pilihan antara kematian dengan dibakar atau menyangkali imannya dia mengucapkan kalimat: “sepanjang umurku aku mengikuti Tuhan dan Dia tidak pernah mengecewakan aku, akupun tidak mau mengecewakan-Nya”, dan diapun mati dibakar. Kita ingat bahwa Kristus telah menang, Dialah Alfa dan Omega dan didalam Kristus kita bisa menang dalam menanggung segala hal termasuk penderitaan yang paling dahsyat sekalipun.

(Ringkasan khotbah ini sudah diperiksa oleh pengkhotbah - KK)
GOD be Praised!!!

Paskah 2009

Pdt Rudy Pranoto
12 April 2009
Yohanes 20:1-18; Lukas 24:1-12

Pada peristiwa Paskah, ketika malaikat telah menggulingkan batu dan mayat Yesus tiba-tiba tidak ada lagi, maka semuanya telah berubah. Paskah berarti semuanya telah berubah. Hidup ini bukanlah hidup yang menjanjikan segala macam kenikmatan, namun karena Kristus sudah bangkit maka kita berani melangkah kedepan. Jika Kristus tidak bangkit sia-sialah iman kita (1 Kor 15:14). Saya teringat ketika anak saya masih kecil, dia pernah sakit parah pada pencernaannya, dia mengalami salit yang begitu menyiksa selama 3.5 tahun, dia selalu kesakitan, hal itu membuat kami putus asa. Pada suatu hari Paskah, Tuhan menyembuhkan dia, namun hal ini adalah pengalaman yang bukanlah ukuran kebenaran. Tuhan itu tidak bisa kita bakukan dalam suatu sistem atau rumusan tertentu. Namun memang seharusnya semua hal berubah ketika Paskah.

Dalam Yoh 20:11-18, Maria Magdalena adalah orang pertama yang diberikan hak istimewa untuk pertama kali mendengar berita kebangkitan Yesus. Hal itu adalah anugerah; pelayanan adalah anugerah Tuhan, bukan kita yang berkontribusi, namun kita bersyukur karena diberikan hak untuk melayani Tuhan. Maria bukanlah orang yang penting, dia hanya seorang perempuan - yang mana pada waktu itu kurang dihargai dibandingkan laki-laki. Namun Tuhan tidak memilih Petrus,Yakobus, ataupun Yohanes, murid-murid terdekat Tuhan Yesus; Tuhan justru memilih orang yang diremehkan kedudukannya. Kita meliaht hal tersebut sebagai kedaulatan Allah, dan anugerah yang besar.

Maria bukanlah orang yang diberi hak untuk sekedar menjadi saksi kebangkitan, namun dia bahkan juga diberi hak untuk menjadi saksi sengsara dan kematian Yesus. Dia adalah pengikut yang setia. Dia masih teringat akan kengerian peristiwa salib sehingga ketika malaikat menanyainya dia tidak sadar, dia tidak mengerti bahwa Yesus telah bangkit, bahkan ketika Yesus sendiri menanyainya dia masih tidak sadar. Sering kali ketika kita dalam kondisi yang begitu susah, kita gagal dalam melihat karya Allah dalam hidup kita.

Pada pertanyaan yang kedua, Yesus bertanya “siapa” yang kamu cari. Pada pertanyaan kedua sudah ada indikasi kebangkitan yaitu bahwa “siapa” yang dicari. “Siapa” sudah mengidikasikan bahwa yang dicari adalah manusia yang hidup. Kita berurusan dengan satu pribadi yang hidup. Maria berorientasi kepada”apa” yaitu mayat Yesus; kita seringkali juga hanya berorientasi kepada “apa” (pemberian) bukan “Siapa” (Pribadi/Pemberi).

Pertanyaan Yesus ditanggapi dengan yang lain. Dia menganggap Yesus sebagai tukang kebun, dan dia masih mencari “mayat” Yesus dan Yesus menjawabnya dengan memanggil namanya: “Maria”. Sapaan ini mengingatkan kita bahwa Dia adalah Gembala yang baik, Tuhan memanggil kita per pribadi. Ketika Tuhan Yesus memanggilnya, dia langsung teringat akan suara Tuhan dan langsung mengerti. Tuhan memanggil kita secara pribadi agar kita percaya akan fakta kebangkitan yang objektif ini. Ada orang yang berkata bahwa Yesus sebenarnya tidak dibangkitkan, namun diraibkan, Dia digantikan oleh Yudas. Hal ini sangat tidaklah mungkin, dari mulut Yudas yang jahat tidak mungkin mengeluarkan kalimat pengampunan. Dalam kalimat pengampunan Yesus, Dia menutupi orang yang di doa-Nya. “Bapa ampunilah mereka, karena mereka tidak tahu apa yang mereka perbuat”, doa ini menunjukkan bahwa Dia menutupi ( cover) orang yang berdosa, hal ini tidak mungkin dilakukan oleh Yudas.

Kebenaran bersifat Pribadi. Berita kebangkitan berhubungan dengan pribadi. Luther menyatakan bahwa dia tidak mau memikirkan kebangkitan yang tidak berhubungan dengan dirinya. Kebangkitan bukan sekedar berita objektif, namun juga bersifat pribadi bagi kita.
Dalam sukacita yang besar, Maria ingin menahan (hold) Yesus Kristus. Namun Tuhan Yesus menyatakan bahwa Dia harus pergi kepada Bapa-nya dan juga Bapa setiap orang percaya. Kalimat ini juga pernah diucapkan oleh Rut ketika dia mau terus mengikut Naomi :”...Allahmulah Allahku...” (Rut 1:16), hal ini menunjukkan bahwa Rut yang adalah orang non Israel juga telah percaya kepada Allah yang sejati; dalam Matius 1:5 bahkan nama Rut masuk dalam silsilah Yesus Kristus meskipun dia adalah orang kafir. Allah adalah Bapa dari Tuhan Yesus dan Bapa setiap orang percaya juga. Pada bagian Injil yang lain, kita melihat ketidak percayaan para murid. Ketika kita memberitakan Injil, kita sering kali ditolak, hal ini bukan hal yang aneh. Para murid pun pada awalnya sangat sulit untuk percaya. Thomas yang paling sulit untuk percaya. Dia pernah meminta untuk ditunjukkan jalan kepada Bapa, sebuah pertanyaan yang berfokus pada proses bukan sekedar pada tujuan, dan Yesus menjawabnya bahwa Yesuslah jalan. Namun dalam hidupnya yang fluktuatif (mengalami gejolak naik turun) itu Thomas yang paling sulit untuk percaya akan berita kebangkitan Yesus. Namun akhirnya dia sadar bahwaYesus benar-benar telah bangkit, dan dia berkata : “ya Tuhanku, dan Allahku”. Setelah peristiwa kebangkitan kita melihat bahwa murid-murid yang tidak percaya menjadi rasul yang dengan berani terus melayani Tuhan, memberitakan Injil. Menurut tradisi Thomas pergi memberitakan Injil hingga ke India, Petrus menjadi martir dengan disalibkan secara terbalik karena dia merasa tidak layak disalibkan sepeti Tuhan Yesus.
Paskah semestinya memberikan sebuah perubahan yang besar bagi kita. Bagaimana kuasa Paskah ini dalam diri kita??? Polycarpus memilih untuk dibakar ketimbang menyangkali Tuhannya, Jan Hus mengalami ketakutan dalam menghadapi kematian, ketika dia akan dibakar. Pada malam harinya dia menaruh tangannya pada lilin dan dia sangat ketakutan karena rasa panas yang begitu menyakitkan. Namun ketika hari eksekusi esoknya, dia menuju tempat pembakaran tersebut dengan begitu tenang. Bahkan ketika kita harus mati dibakar kita harus mengerti bahwa hal tersebut adalah anugerah Allah. Berita Paskah, harus merubah diri kita untuk menjadi orang yang menyenangkan Tuhan.

(Ringkasan khotbah ini sudah diperiksa oleh pengkhotbah - KK)
GOD be Praised!!!

Gadis-gadis bijaksana dan gadis-gadis bodoh

Pdt. Rudy Pranoto

3 Mei 2009

Mat 25:1-13


Injil Matius banyak membahas mengenai kerajaan Sorga. Dalam teks yang kita baca, kerajaan sorga dikaitkan dengan akhir zaman. Ini merupakan satu poin yang penting, yaitu hendaklah kamu berjaga-jaga. Perumpamaan ini didahului dengan perumpamaan mengenai hamba yang setia dan hamba yang jahat, dan diikuti dengan perumpamaan mengenai talenta dan penghakiman terakhir. Perumpamaan-perumpamaan ini memiliki tekanan yang semakin memuncak. Pertama, Yesus memperingatkan orang-orang yang berbiuat jahat, artinya mereka digambarkan sebagai orang-orang yang melampiaskan nafsunya. Pada waktu melakukannya, mereka menantang orang lain dan menolak nasehat, orang-orang seperti ini akan dibinasakn. Mereka terang-teranganan melakukan kejahatan ini, dan mereka akan dibuat senasib dengan orang-orang munafik. Meski mereka tidak munafik, mereka tetap dihukum atas kejahatan mereka. Hypocrites sebenrnya memiliki pengertian yang positif. Dalam dunia film, orang yang memerankan sebuah peran orang lain dalam sebuah skenario disbut hypocrites. Makin dengan baik dia memerankan peran orang lain, dia akan mendapatkan penghargaan (Oscar dsb.) Namun ketika hal itu diterapkan dalam hidup sehari-hari dimana mereka berpura-pura mereka menjadi orang lain, menampilkan yang berbeda dengan dirinya sendiri, maka hal itu menjadi negatif. Orang-orang yang digambrkan dalam perumpamaan hamba yang jahat ini tidak munafik, mereka terang-terangan melakukn kejahatannya.

Hukuman dalam perumpamaan yang kita baca hari ini adalah diberikan kepada mereka yang tidak mempersiapkan diri. Keliatannya mereka “hanya” tidak mempersiapkan diri dengan baik; mereka tidak berlaku jahat, seperti pada perumpamaan hamba yang jahat. Seolah kesalahan mereka kecil sekali; mereka sekedar terlambat. Lalu pada perumpamaan talenta, hamba yang ke 3 ini binasa, padahal dia sungguh pakai perhitungan, dan dia jujur, mengembalikan seluruhnya yang diberikan. Dia dihukum karena dia tidak berbuat apa-apa, dan Firman Tuhan menyebutnya sebagai hamba yang jahat, dalam Yakobus 4:17 dikatakan bahwa orang seperti itu telah melakukan dosa, yaitu dosa pasif. Kita harus melihat secara utuh, ada hal yang kita anggap biasa, padahal hal tersbut bisa mendatangkn kebinasaan. Pada penghakiman terakhir, ada orang yang dihakimi karena tidak mengasihi sesamanya. Kita melihat ada peningkatan, dari kejahatan yang paling jahat hingga yang paling remeh, namun dihadapan Tuhan dosa tersebut tetap dihakimi oleh Tuhan. Sekecil apapun dosa dihadapan Tuhan, dia membutuhkan pengampunan Allah. Siapa gadis-gadis yang digambarkn disini??? Kita melihat orang-orang Kristen secara fenomenal (gereja yang kelihatan). orang-orang Kristen yang pergi ke gereja, sudah dibaptis, melayani dsb. Namun ternyata tidak semua mereka adalah Kristen sejati. Alkitab menekankan adanya lalang dan gandum; kambing dan domba. Dalam membaca perumpan, kita harus melihat inti cerita. Gadis-gadis disini adalah hamba, karena mereka memanggil mempelai sebagai tuan. Tuhan bukan menghina orang yang kurang dalam kecerdasan (bodoh), dan menghargai orang yang memiliki IQ tinggi, semua ini (bodoh atau pandai) bukan masalah dihadapanTuhan. Dihadapan Allah, setiap orang yang tidak menghargai Firman Tuhan adalah orang bodoh, inilah bodoh yang dimaksud disini. Bodoh berarti sikap yang tidak mau diajar oleh Firman Tuhan, sementara bijaksana adalah orang yang belajar dan melakukan Firman. Dalam perumpamaan ini, bodoh berarti tidak mempersiapkan diri dengan baik; bodoh bukan berati pengetahuannya sedikit, bijaksana bukan berarti banyak sekali pengetahuan, namun mereka mempersiapkan diri dgn baik. Kita melihat disini ketekunan orang-orang kudus. Setiap orang yang dipilih Tuhan sebenarnya mereka dipilih untuk disempurnakan seperti Kristus, mereka akan terus disucikan.

Apa artinya pelita dan minyak??? Ada yang menafsirkan ini Roh Kudus, namun sesungguhnya minyak adalah minyak. Kita tidak perlu mengartikan setiap detail dalam perumpamaan ini, baik angka-angka dsb. Agar kita tidak jatuh dalam penafsirkan alegoris yang salah (Contoh: Orang bongkok dilihat sebagai orang yang tidak pernah meliat keatas, sehingga diartikan tidak melihat Allah dsb). Tuan ini terlambat datang, hal ini bukan berarti Tuhan terlambat. Kita sering menafsirkan Tuhan berdasarkan kacamata dunia, seolah-olah Dia akan datang pada jam ini, tanggal ini dsb. Ketika Tuhan datang, itulah saat Tuhan mengakhiri waktu. Ada orang yang mengatakan bahwa Tuhan Yesus tidak akan datang menurut waktu yang kita pikirkan sebab Dia itu tidak dikurung (supra) waktu. Kalau terkadang kita mengerti Tuhan datang terlambat, berarti Tuhan dikurung oleh waktu. Bahaya sekali kalau kita mereka-rekakan Tuhan seperti pikiran kita dan itu kita anggap sebagai Tuhan yang sesungguhnya sehingga kita menyembah tuhan yang salah. Paulus ketika bertemu Tuhan bertanya siapakah engkau Tuhan??? dia gagal mengerti Tuhan yang asli. Seringkali muncul bentuk Tuhan tertentu dalam benak kita, Tuhan yang menolong, Tuhan yang seperti kehendak kita. Namun Tuhan itu adalah Tuhan yang berdaulat. Tuhan yang berdaulat ini mendatangkan yang baik, bukan menurut versi kita namun menurut versi Tuhan sendiri. Tuhan tidak perlu mencocokkan waktu-Nya dengan manusia. Seolah Dia datang terlambat; minggu lalu saya berkhotbah bahwa Yesus sengaja datang seolah-olah “terlambat”, namun dalam kondisi demikian Dia justru menunjukkan bahwa Dialah Tuhan yang mengatasi waktu. Ay 13 mengatakan bahwa kita harus berjaga. (Lazarus dibangkitkan, Yoh 11)

Ketika pengantin itu terlambat, mereka berdua melakukan hal yang sama, mereka keduanya tertidur. Secara fenomenal kita tidak berbeda dengan orang-orang yang tidak percaya; kita juga mengalami sakit, lapar, lelah dsb. Namun kita sudah dipisahkan. Namun meski sama-sama tertidur, mereka sama sekali berbeda. Ketika mempelai datang, mereka juga sama-sama bangun dan membereskan pelita masing-masing, sampai disini mereka masih sama. Naumn pada ay 8 dan 9 kita melihat perbedaannya; para gadis bodoh tidak siap. Namun gadis bodoh meminta kepada gadis-gadis yang bijaksana dan gadis bijaksana menolaknya; apakah ini berarti mereka pelit dan egois??? Bukan, disini berarti bahwa setiap orang secara pribadi harus bertanggung jawab dihadapan Tuhan, tanggung jawab ini tidak bisa dipindah tangankan kepada orang lain. Bila kita terus menopang dan membantu orang lain dalam segala hal, hal tersebut justru akan melumpuhkan orang yang kita bantu, selain itu tidak ada orang yang mampu untuk menanggung segala tanggung jawab semua orang. Gadis-gadis bodoh itu pergi untuk mempersiapkan minyak, dan pada saat itulah mempelai datang. Mereka tidak siap. Banyak orang berpikir bahwa masih senantiasa ada waktu untuk bertobat. Yang lebih konyol adalah mereka merasa mengenal tuannya. Tuannya berkata bahwa dia tidak mengenal mereka. Celaka bila kita berpikir bahwa kita mengenal Tuhan tetapi sesungguhnya Tuhan tidak mengenal kita. Kalau kita diberi angket, siapa Tuhan menurut kita, apa jawaban kita??? Penolong kita, pemberi jodoh, atau siapa??? Seringkali yang dipikirkan hanyalah kepentingan diri sendiri. Dalam 1 Kor 15:19 dikatakan bahwa kita adalah orang yang paling malang bila kita hanya mengenal-Nya sebagai penolong dalam hidup saat ini. Seberapa utuh kita mengenal Tuhan kita??? Firman Tuhan tidak memberi tahu kapan Tuhan akan datang kedua kali, kapan hidup kita akan berakhir. Dengan tidak mengetahui saatnya kita perlu untuk senantiasa berjaga-jaga menyongsong kedatangan-Nya. Pada waktu kedatangan-Nya yang kedua kali Dia akan datang sebagai Hakim. Tuhan Yesus sudah datang pertama kali, dan kita menanti kedatangan-Nya yang kedua, ada tugas yang menanti kita; dan ketika dia datang kedua kali Dia akan datang menghakimi kita semua. Amin!!!

(Ringkasan khotbah ini sudah diperiksa oleh Pengkhotbah-KK)

GOD be praised!!!

Nyanyian Hati


9 Mei 2009
Mzm 42

Mazmur ini merupakan sebuah nyanyian pengajaran. Ini adalah hal yang unik. Dalam gereja kita, kita banyak berbicara mengenai doktrin, mengenai rumusan-rumusan teologis yang dibuat setepat mungkin, namun kita kehilangan atau setidaknya kurang memberikan ruang bagi nyanyian atau puisi yang memberikan suatu pendekatan lain, yaitu melalui aspek estetis di dalam pergumulan kerohanian kita. Kita benyak berbicara mengenai pertumbuhan rohani melalui banyak pembelajaran, banyak doktrin dan teori, tentu hal tersebut sangatlah baik; namun ada aspek pendekatan lain ketika kita berbicara mengenai pertumbuhan kerohanian kita, yaitu aspek estetis, dan saat ini kita berbicara mengenai sebuah lagu sebuah puisi. Sebuah syair lagu mungkin tidak memiliki ketepatan seperti yang dimiliki oleh kalimat-kalimat atau proposisi atau rumusan yang dibuat setepat mungkin, namun syair lagu memberikan sebuah nuansa lain yang mungkin tidak bisa didapatkan melalui rumusan pengajaran tertentu. Kita bisa berkata bahwa Tuhan itu baik, Tuhan itu memelihara kita, namun kita akan mendapatkan nuansa yang berbeda ketika kita berkata: “Tuhan adalah gembalaku... sekalipunaku berjalan dalam lembah kekelaman... aku tidak takut kan bahaya...”. Mazmur 42 ini merupakan nyanyian pengajaran bani Korah (dari suku Lewi yang bertugas di bidang puji-pujian). Besar kemungkinan Mazmur 42 ini merupakan bagian dari liturgi sebuah ibadah. Lagu dalam liturgi sebuah ibadah merupakan hal yang sangat penting. Betapa kita sangat meremehkan peranan lagu ini dalam ibadah kita. Martin Luther, sang Reformator memiliki daya dobrak yang begitu besar di dalam lagu-lagunya, bahkan dikatakan bahwa musuh-musuhnya lebih takut kepada lagu-lagunya daripada kepada khotbah-khotbahnya. Kita melihat bahwa lagu memiliki peran yang sangat penting, lagu bisa menggerakkan seseorang. Manusia bisa mendapatkan dorongan bukan hanya melalui pemikiran, namun juga melalui dorongan emosi (dalam hal ini melalui lagu). Sering kali dalam sebuah ibadah kita sangat meremehkan lagu, kita hanya berfokus pada khotbah; kita tidak merasa terlambat keika kita datang ibadah sebelum khotbah, dan kita tidak merasa kurang ketika kita pulang sebelum doa berkat. Ketika kita pulang, kita hanya mengingat isi khotbah (bahkan terkadang khotbahnya pun kita tidak ingat), kita tidak pernah mengingat pokok-pokok doa, bahkan setelah berdoapun terkadang kita sudah lupa doa apa yang baru saja kita doakan, terlebih lagi Firman yang berbicara kepada kita melalui lagu-lagu yang kita nyanyikan; kita sudah mengesampingkan sama sekali. Ini merupakan sebuah kehilangan yang besar dalam ibadah kita saat ini.

Mazmur ini merupakan nyanyian ratapan, sebuah lagu yang melukiskan hasrat yang mendambakan kehadiran Allah sendiri. Rindu akan Allah bukan merupakan hal yang lazim pada zaman kita saat ini, saya percaya kita perlu bergumul untuk rindu pada kerinduan semacam ini. Kerinduan dan hasrat hati kita sudah ditarik kepada segalam macam hal, kita rindu pada kekayaan, kesehatan, kemakmuran, anak yang pandai dan sehat, rindu pada kemenangan dsb. Namun kita tidak pernah lagi merindukan pribadi Tuhan yang sejati. Ada waktu dalam pergulatan hidup orang percaya, seolah-olah Tuhan seperti absen dan tidak hadir, adakah kita merindukan Dia, ataukah kita rindu hanya kepada gejala keberadaan Allah semata, yaitu kemenangan dan kemakmuran??? Orang Kristen sejati memiliki kerinduan yang dalam akan kehadiran Allah dalam setiap saat kehidupannya. Inilah yang disebut kerohanian Kristen. Pada zaman ini, kita dibanjiri oleh berbagai macam praktek kerohanian/spiritualitas; orang-orang “Barat” yang mulai lelah akan panasnya perputaran dunia modern mulai mencari alternatif lain, mereka mulai merenungkan mengenai makna hidup, mereka mulai mancari praktek-praktek meditasi yang banyak ragamnya terutama di Asia. Namun kerohanian Kristen bukanlah model “siraman” rohani di waktu kita merasa penat. Hal ini merupakan satu ekstrem yang sangat mereduksi makna kerohanian. Seringkali yang kita sebut rohani adalah sebuah masa dimana kita merasa “hati” kita bergetar, perasaan kita “disentuh” dsb. sesungguhnya ini hanyalah reduksi terhadap pengertian akan kerohanian. Dengan pandangan seperti itu kita akan cenderung senang mendengarkan khotbah yang sepertinya mampu “menyentuh” perasaan (sentimentil/emosional), membaca buku atau artikel atau mendengarkan lagu-lagu yang bernada sentimentil juga; tentu hal itu tidak salah, hal itu adalah bagian dari kehidupan manusia, namun kerohanian bukan sekedar diukur dari “bergetarnya” perasaan. Tidak jarang kita menangis ketika mendengarkan sebuah khotbah,terharu ketika membaca sebuah buku, namun setelah itu kehidupan kita sama saja dan tidak mengalami perubahan apa-apa. Itulah kerohanian “siraman”. Untuk mendapatkan hal demikian kita tidak perlu menjadi Kristen, kita cukup membeli buku “Chicken soup for the Soul”, atau buku-buku meditatif lainnya. Namun kerohanian bukanlah satu momen kita di”siram”, kerohanian yang sejati adalah setiap saat kita hidup dan memperhadapkan diri di hadapan Tuhan yang senantiasa hadir.

Selanjutnya kita melihat tekanan yang begitu berat dalam syair Mazmur ini. Pemazmur mengalami tekanan yang begitu berat dari musuh-musuhnya. Kita tidak mengetahui secara pasti tekanan apa yang sedang dihadapi, namun kita melihat bahwa pemazmur begitu tertekan akan cemoohan musuh yang mempertanyakan keberadaan Allah. Pdt. Billy pernah mengatakan bahwa bagi orang percaya, ketidak hadiran Allah adalah tekanan yang sangat besar. Kondisi itulah yang digambarkan dalam Mazmur ini. Dia merasa sangat tertekan, dia merasa gundah gulana ketika orang mempertanyakan keberadaan Allah bagi dirinya. Apakah yang menjadi tekanan dan cemoohan besar dalam diri kita??? Apakah ketika kita kalah, ataukah ketika kita miskin, ataukah ketika anak kita tinggal kelas, ataukah ejekan, ataukah hinaan??? Orang Kristen sejati mengalami tekanan yang besar ketika dia merasa bahwa Allah meninggalkannya. Bukankah seringkali kita terbalik total, kita mudah sekali tersinggung bila kita merasa harga diri kita disentuh, kita mudah marah dan dendam ketika kita merasa kurang dihargai, dianggap sepi, namun kita tidak merasa apa-apa ketika kita berbuat dosa, dan kita berlari meninggalkan Tuhan. Kita persis seperti orang Israel yang tidak sadar ketika Tuhan meninggalkan mereka, mereka tidak sadar akan kebangkrutan rohani mereka, ketika terpukul oleh orang Filistin mereka tidak sadar bahwa Tuhan menghukum mereka, mereka hanya peduli menang atau kalah; kekalahan tidak membuat mereka bartobat, bahkan mereka tidak menyadari Tuhan meninggalkan mereka, secara ironis justru seorang janda (istri Pinehas) yang dengan tepat menafsirkan keadaan mereka yaitu bahwa Tuhan meninggalkan mereka, telah lenyap kemuliaan dari Israel. (1 Sam 4:21-22). Mari kita menyadari dan menghidupi hidup rohani yang benar, yaitu senantiasa memperhadapkan diri dihadapan Allah yang maha hadir, senantiasa mendambakan kehadiran-Nya yang mengoreksi, menegur, dan memberikan kekuatan pada kita. Ketika Musa mengalami tekanan yang begitu hebat, ketika bangsa Israel yang dipercayakan Tuhan untuk dipimpin keluar dari Mesir melakukan dosa yang sangat mengerikan dengan menyembah patung lembu emas dan pada hari itu ada 3000 orang Israel harus mati dibunuh, yang menjadi doa Musa adalah penyertaan dan kehadiran Tuhan. Allah berjanji untuk memberikan malaikat-Nya memimpin, menjadi jaminan bahwa perjalanan tersebut akan sukses, namun Musa menolaknya. Musa meminta satu hal yang paling penting, yaitu kehadiran Allah sendiri, Musa bahkan meminta untuk dapat melihat Allah. Inilah kerinduan umat Allah yang sejati, mendambakan Allah, dan bukan kemenangan, kejayaan, atau keberhasilan, namun Diri Allah sendiri.

Dia mendengarkan cemoohan orang yang mempertanyakan kehadiran Allah. Hal ini juga menunjukkan kepada kita bagaimana pemazmur memperhadapkan setiap hidupnya dihadapan Allah. Cemoohan adalah dari musuh, dan hal tersebut menjadi sebuah masalah. Kita mungkin bertanya, mengapa perkataan musuh harus kita dengar??? Kita sering mendengar bahwa kita tidak boleh mencari perkenanan manusia, kita jangan terlalu mendengarkan kata orang, kita tidak boleh berusaha untuk menyenangkan orang, kita harus menyenangkan Tuhan. Tentu ada kebenaran dalam perkataan-perkataan tersebut. Namun disisi yang lain kita juga harus mengingat bahwa Tuhan juga memakai orang lain untuk berbicara kepada kita. Ada kecenderungan dalam diri kita bahwa kita tidak suka untuk mendengarkan orang berbicara kepada kita, terutama hal yang tidak menyenangkan diri kita. Untuk membuat diri kita terlihat saleh, terkadang kita suka memberikan kritik pada diri sendiri, dan pada umumnya kita mendapatkan jawaban yang menghibur dari teman bicara kita. Kita berkata: “saya ini memang lemah, saya berdosa, terkadang saya emosi”, lalu teman bicara kita berkata: “ah tidak, semua orang itu punya kelemahan, kamu baik kok”, sering kali kita sudah tau tipe-tipe jawaban basa basi yang akan kita dengar dari teman bicara kita, dan kita senang dengan hal itu. Namun mungkin akan sangat lain ceritanya ketika teman bicara kita menjawab demikian :”memang benar, kamu memang menyebalkan, emosimu memang meledak-ledak, saya tidak tahu ada masalah apa denganmu mengapa kamu bisa serusak ini...” mungkin kita akan langsung marah karena kita tidak mendapatkan jawaban seperti yang kita mau. Kita tidak suka mendengarkan orang lain, kita suka mendengarkan diri sendiri, dan kita ingin mendengarkan diri sendiri juga dalam jawaban yang disampaikan oleh orang lain, ini sebuah keanehan yang sangat mengherankan. Ketika kita bertanya:”menurutmu bagaimana saya ini???” Sebenarnya kita hanya mau mendengarkan apa yang kita mau, kita bukan benar-benar ingin mendapatkan jawaban yang jujur, kita hanya ingin mendengarkan diri kita sendiri ketika kita meminta orang lain untuk berbicara tentang diri kita. Dengan cara sedemikian sesungguhnya kita tidak menghargai karya Tuhan di dalam diri orang lain. Daud tidak berani membunuh Simei ketika dia dikutuki olehnya karena dia berpikir bahwa mungkin Tuhan yang menyuruh Simei untuk mengutukinya, memang akhirnya terbukti bahwa Simei bukan disuruh Tuhan, namun kita belajar bahwa Daud melihat bahwa Tuhan bisa bekerja melalui siapa saja. Kita perlu untuk belajar keluasan hati, melihat karya Allah yang maha agung dan dahsyat bahkan di dalam diri orang yang mungkin kita sangat tidak suka.

Ay 5. Inilah yang hendak kuingat, sementara jiwaku gundah-gulana; bagaimana aku berjalan maju dalam kepadatan manusia, mendahului mereka melangkah ke rumah Allah dengan suara sorak-sorai dan nyanyian syukur, dalam keramaian orang-orang yang mengadakan perayaan. Ayat ini sangat menarik, kita melihat bahwa ketika mengalami depresi spiritual yang dalam, maka tempat pelarian yang memberikan ketenangan adalah dalam kumpulan jemaat. Rumah Allah, tempat orang mengadakan perayaan, disanalah sejatinya tempat orang beriman lari dan akan berria-ria dalam penghiburan dan nyanyian sorak sorai. Betapa kita sudah sangat kehilangan bagian ini dalam kehidupan bergereja kita. Adakah diantara kita yang ketika mengalami tekanan yang hebat maka kita sangat merindukan untuk berlari kedalam kumpulan jemaat (dalam konteks kita, ibadah raya kita di hari Minggu), apakah kumpulan tubuh Kristus ini sudah menjadi tempat dimana kita bisa mencurahkan pergumulan kita yang dahsyat dan kita mendapatkan kekuatan darinya. Ataukah sebaliknya ibadah kita dipenuhi dengan tatapan sinis, terutama bagi orang-orang yang sudah terkenal “menyebalkan”. Kita lebih sering mendengar cerita bahwa seorang pindah gereja karena sakit hati dengan sesama saudaranya di dalam gereja ketimbang bahwa seorang yang mengalami sakit hati dan depresi hebat mendapatkan penghiburan dan dikuatkan dalam ibadah raya, serta dorongan dan kekuatan dari rekan gereja. Bila ada orang yang berbuat dosa besar dan dikenakan disiplin gereja, sangat mungkin dia akan pindah gereja, bukan karena bertobat tapi karena sakit hati. Berapa banyak diantara kita yang setelah pulang dari ibadah,kita mendapatkan penghiburan dan kekuatan, kita mendapatkan kedamaian dan sukacita yang sejati??? Mungkin sangat jarang, yang ada adalah kita menjalankan “kewajiban” kita beribadah di hari Minggu, ketika pulang, kita merasa senang karena khotbah yang membosankan sudah usai, dan waktu untuk berlibur telah tiba. Kita kehilangan sukacita, kedamaian, kekuatan, teguran, cinta dalam ibadah kita. Sebaliknya tempat pelarian kita bukanlah kepada Allah di dalam kumpulan jemaat-Nya, namun mungkin tempat hiburan, game, pacar, atau bahkan rokok atau narkoba.

Selanjutnya apakah yang dilakukan ketika tekanan menghampiri??? Pemazmur mengajar dirinya sendiri untuk berharap kepada Allah. Di satu sisi dia melihat bahwa tekanan yang dihadapi sangatlah dahsyat, namun ketika dia berharap kepada Allah, dia bisa bertanya kepada jiwanya mengapa dia tertekan. Ini merupakan hal yang sangat unik, ketika tekanan datang, musuh mempertanyakan dimana Allah, ini sebuah kondisi yang begitu memilukan. Namun ketika berharap kepada Allah, kita justru bertanya, mengapa jiwa harus tertekan??? Kepercayaan yang benar akan menjadi kokoh ketika kita tahu kemana kita menggantungkannya, yaitu hanya kepada Allah. Pengharapan kepada Allah menghasilkan ketenangan. Samudera raya, air terjun, gelora gelombang yang dahsyat (ay. 8) sering diidentikkan dengan kuasa besar atau kuasa setan yang tidak terkontrol, namun sungguh unik bahwa Mazmur ini menggabungkan langsung gelora dahsyat tersebut dengan cinta kasih Tuhan yang melingkupi (ay. 9). Ketika apa yang terlihat di depan mata kita seolah sungguh sedang menghimpit kita, kita tetap percaya bahwa segala hal tersebut tidak lepas dari kontrol Tuhan yang mengasihi kita. Prof Peter Lillback mengatakan dalam khotbahnya mengenai Mzm 139 bahwa ketika kondisi yang berat begitu menekan kita, ketika seolah seperti Daniel kita diperhadapkan dengan banyak singa di dalam goa singa, kita harus ingat bahwa singa yang sejati di dalam goa singa itu adalah sang Singa dari Yahuda (Kristus Yesus sendiri). Apakah yang akan kita katakan kepada jiwa kita, apakah seperti orang kaya yang bodoh kita menaruh bahagia kita kepada kekayaan dan berkata: “Jiwaku, ada padamu banyak barang, ... bersenang-senanglah!” (Luk 12:19) ataukah kita menaruh segala percaya kita hanya kepada Allah??? Mari kita melantunkan nyanyian iman:”Mengapa engkau tertekan, hai jiwaku, dan mengapa engkau gelisah di dalam diriku? Berharaplah kepada Allah! Sebab aku bersyukur lagi kepada-Nya, penolongku dan Allahku!“ (KK)

GOD be Praised!!!

Lazarus dibangkitkan

Pdt. Rudy Pranoto
Yoh 11:25-26

Ada dua versi yang muncul ketikan Lazarus sakit. Pertama adalah versi Marta, dia berharap Yesus menyembuhkannya. Namun versi kedua adalah versi Yesus, Dia menundanya 2 hari hingga Lazarus mati, tapi setelah itu Dia membangkitkan Lazarus. Ketika dalam masalah, manusia datang kepada Tuhan dan ingin Tuhan menolong. Namun disini Tuhan menunda, meski akhirnya Dia membangkitkan Lazarus. Mana yang lebih kita sukai??? Allah menyingkirkan masalah, atau Allah memberikan pertolongan dalam pergumulan kita. Kita senang dengan produk (hasil), sementara Alah suka pada prosesnya. Melalui proses kita belajar untuk mengenal diri dan mengenal Allah. Mengapa Yesus menunda dua hari??? Yesus melakukan banyak mujizat namun tidak semuanya dicatat, Yohanes menulis 7 mujizat saja. 7 adalah angka kesempurnaan. Perjamuan kawin, menyembuhkan anak pegawai istana, menyembuhkan org lumpuh, lima roti dan dua ikan, berjalan di air, mencelikkan mata org buta, dan terakhir membangkitkan Lazarus. Yohanes banyak menggunakan angka 7, dia ingin menyempaikan bahwa Yesus adalah benar-benar Anak Allah. Mujizat membangkitkan Lazarus ini diletakkan sebagai puncak dan final untuk menutup pelayanan Yesus di depan publik. Setelah itu dia menarik Diri, dan mempersiapkan murid-murid-Nya sebab sebentar lagi Yesus akan meninggalkan mereka.

Makin besar tantangan yang dihadapi, makin kita perlu untuk mengenal Allah. Bila Yesus hanya menyembuhkan Lazarus dalam sakitnya seperti versi Marta, maka mungkin hal itu menjadi hal yang lebih kecil karena Yesus sudah sering melakukannya. Pengenalan akan Tuhan tidak terbatas pada tindakanYesus. Disinilah muncul pernyataan:”Akulah kebangkitan dan hidup”, berarti bahwa Dia adalah Tuhan dari kehidupan dan Dia telah mengalahkan maut. Murid-murid tidak mengerti bahwa dalam kebangkitan-Nya dia benar-benar telah mengalahkan maut. Lazarus sudah mati selama 4 hari, ini berarti dia sudah mengalami pembusukan. Menurut tradisi Yahudi dalam 3 hari roh orang mati masih mengenali wajahnya, namun setelah itu tubuhnya akan membusuk. Itu adalah mitos, namun tradisi mereka percaya bahwa selama 3 hari masih mungkin mayat itu untuk bangkit, namun pada hari keempat seluruh pengharapan akan si mati hidup lagi sudah benar-benar pupus, dan dalam kondisi ini Tuhan membangkitkan Lazarus. Ini adalah cara Tuhan yang sering kali lain dengan pikiran kita. Sukacita mereka menjadi sangat besar ketika Tuhan menulong justru dalam kondisi yang sudah tidak lagi berpengharapan. Maut telah menguasai secara penuh, dan dalam kondisi tersebut justru Yesus mematahkan kuasa maut tersebut, semestinya orang-orang disana memperhatikan momen itu. Kita melihat dengan jelas bahwa Yesus adalah penakluk maut. Yesus berkata “Akulah Kebangkitan dan hidup”; setelah itu baru Dia membuktikannya. Seringkali kita terbalik, meminta bukti terlebih dahulu baru kemudian percaya. Kita dituntut untuk beriman dahulu, dan kemuliaan akan mengikuti, ini adalah tantangan iman. Yesus berkata berbahagialah orang yang percaya meskipun tidak melihat/belum ada bukti (Yoh 20:29 ). Iman kita sungguh dangkal bila kita hanya bisa percaya setelah mendapatkan bukti.

Kita sering mendengar: “bila kita meminta dengan sungguh-sungguh maka Tuhan akan menyembuhkan”, ini terbalik, dalam kalimat itu kita menjadi penyebab dan Tuhan menurut. Sebenarnya Tuhanlah Penyebab bukan kita. Kebangkitan Lazarus adalah akibat dari Yesus yang adalah Kebangkitan dan Hidup, Yesus adalah sang Sumber, bukan akibat dari permintaan Marta atau Maria. Yesus sendiri adalah Kebangkitan, sehingga Dia memberikan perintah pada Lazarus yang sudah mati; Yesus tidak memohon dalam nama TUHAN namun Dia memerintah Lazarus untuk bangkit, sebab Dia sendirilah Kebangkitan itu. Apa maksudnya bahwa mereka yang percaya tidak akan mati lagi??? Hal ini tidak berarti bahwa yang mati dalam Tuhan tidak akan mati namun ini berbicara mengenai hidup kekal, dan inilah tujuan Yohanes menuliskan Injilnya. Yohanes memakai bahasa fenomenal untuk menunjukkan hal yang esensi yaitu hal yang rohani. Yohanes mencatat ketika bercakap-cakap dengan perempuan Samaria, Yesus menyaakan bahwa Diri-Nya adalah Air hidup; waktu Dia berjumpa dengan orang perempuan berdosa yang hidup dalam gelap, Dia berkata, Akulah terang dunia; kepada orang buta yang disembuhkan muncul perkataan Yesus Akulah terang dunia. Pada peristwa 5 roti dan 2 ikan, Tuhan Yesus berkata: “Akulah roti hidup”, disini Yohanes ingin menyatakan bahwa Tuhanlah yang memelihara hidup mereka.

Manusia di dalam dosa bukan sekedar berjalan hidup berjalan menuju kematian, namun manusia sudah berada dalam kematian dan menuju kepada kematian yang kekal. Dlm Why 20:14, kita melihat bahwa kematian jasmani dialami oleh manusia dan hal tersebut dilanjutkan kematian yang kekal. Mati rohani adalah hidup tanpa Allah, orang seperti itu mungkin bisa beragama, namun mengabdi pada allah yang salah. Pada kematian kekal, manusia secara penuh dipisahkan dari Allah. Bagi orang yang tidak percaya, maut sebenarnya sudah dicicipi dalam hidup di dunia ini. Di Jepang ada sebuah buku yang pernah menjadi best seller, buku yang mengajarkan cara terbaik untuk bunuh diri. Banyak orang di dunia ini yang mengalami jalan buntu. Pada awal pemerintahan Clinton, ada pejabatnya yang bunuh diri, padahal posisi yang ditempatinya adalah tempat yang sangat diidam-idamkan orang; seorang yang memiliki kedudukan yang sangat tinggi, sedang berada dalam puncak karir nya namun merasa mengalami jalan buntu.
Sesulit apapun hidup kita, ada Kristus yang hidup. Bila kita memiliki pengenalan yang jelas akan Allah, kita tidak semestinya patah pengharapan. Seringkali kesulitan dalam hidup ini membuat kita goncang, namun kita memiliki pengharapan yang membuat kita untuk terus bertahan. Itulah sebabnya Horatio Spafford yang mengarang lagu Nyamanlah Jiwaku. Dalam kondisi yang sangat merana (istrinya mati tenggelam) lagu It is well ditulis. Cerita ini mengajak kita untuk merenung, mengapa Tuhan menunda hingga 4 hari??? Untuk kita belajar. Marta berpikir bahwa kedatangan Yesus adalah percuma, segalanya sudah terlambat. Namun dalam Yesus Kristus tidak ada jalan buntu, melainkan senantiasa ada harapan. Bersama Dia tidak ada terlambat, dan tidak ada hilang harapan. Pengharapan bahwa Dia adalah Kebangkitan dan Hidup membuat kita yakin bahwa hari esok itu ada. Kristus bertanya, percayakah engkau??? Tuhan hanya meminta kita untuk percaya (trust), mempercayakan diri kepada-Nya bukan sekedar believe. Percaya berarti menaruh diri secara penuh kedalam tangan Kristus. Yesus berkata bahwa Aku datang supaya engkau hidup dan memilikinya dalam kelimpahan. Kesulitan tidak semestinya menghalangi kita untuk menikmati hidup. Sebab Dia hidup, ada hari esok. Amin.

(Ringkasan khotbah ini sudah diperiksa oleh Pengkhotbah-KK)
GOD be Praised!!!

24 Mei 2009

24 Mei 09

GRII Bintaro Jl Maleo Raya, Ruko Sektor 9; Blok G 8-9 Bintaro Jaya Sektor 9
Ibadah I 07.00 Ibadah II 10.00 (Gedung Gereja Imanuel)
Pengkhotbah: Pdt. Rudy Pranoto
Liturgis : Bp. Sadarieli Zebua (Ibadah I) ; Bp. Kristianto Indrawan (Ibadah II)

PRII BSD
Ruko Malibu Blok B-25 BSD
Ibadah 17.00
Pengkhotbah: Pdt. Rudy Pranoto
Liturgis : Bp. Fence

Pemuda Remaja (23 Mei 2009)
Setiap hari Sabtu 17.00 di GRII Bintaro

Pemuda - Bpk. Markus K Adi
Remaja - Ibu Nonny Subeno