Kamis, 25 Juni 2009

Bercermin melalui Lot

Pdt. Rudy Pranoto

21 Juni 2009

Kejadian 13:5-13


Ketika kita berbicara mengenai Lot maka hal itu menjadi suatu cermin bagi kita. Waktu Abraham meninggalkan Urkasdim dia membawa Lot, keponakannya. Abraham dan Lot punya harta yang sangat banyak. Waktu itu terjadi pertengkaran antara hamba-hamba mereka karena banyaknya ternak mereka. Abraham mengambil solusi untuk berpisah dan Abraham memberi kesempatan untuk memilih bagi Lot. Ada kebesaran hati Abarham yang kontras dengan Lot. Abraham adalah orang tua yang mestinya lebih berotoritas namun dia memberi kepada Lot, tetapi Lot yang lebih muda dan mengikuti Abraham menunjukkan sikap ketidak tahuan dirinya. Masalah budi pekerti ini kurang diperhatikn orang, bahkan sampai pada zaman sekarang. Banyak orang berkata bahwa sekarang manusia diajar untuk makin pintar, namun sayangnya sangat kurang dalam hal sopan santun. Biasa kalau saudara bertamu paling tidak kita berkata kepada orang yang lebih tua: “Selamat pagi pak, apakah saya bisa bertemu dengan Joni???”. Namun ada orang yang mengeluh pada saya, karena setiap ada teman anaknya yang datang langsung berkata tanpa sopan santun : “Joni ada??? Benar-benar tidak tahu sopan santun.

Ay 11 (sangat mengagetkan saya), Lot tidak bertanya apa boleh saya mengambil tempat ini, dia juga tidak membiarkan Abraham, pamannya untuk memilih terlebih dahulu karena Abraham yang lebih tua. Masalah ini bukanlah hal yang baku, ini adalah masalah etika. Lot benar-benar tidak tahu diri. Dia bisa menjadi kaya juga karena belas kasihan Abraham, namun dia tidak sungkan untuk memilih tempat yang terlihat lebih subur. Kita tidak mendapat contoh disini, sebab Lot menempatkan harta sebagai hal yang utama. Harta memang perlu, namun kalau itu dijadikan orientasi, maka hal itu akan membawa kecelakaan. 1 Tim 6:10 mengatakan bahwa orang yang cinta uang akan menyiksa dirinya sndiri. Jangan kita hanya berpikir mengenai kesementaraan. Lot sangat mementingkan kekayaan dan itu menjadi orientasi hidupnya. Dengan demikian dia berani mengorbankan segala hal hanya untuk kekayaan. Lot berkemah di dekat Sodom, dan Alkitab langsung memberikan catatan bahwa Sodom telah sangat jahat dan berdosa. Tapi bagi Lot hal itu tidak masalah, yang penting baginya adalah itu wilayah yang paling makmur. Lot bukan menjauhkan diri dari Sodom yang jahat, namun pada pasal 14 dia malah pindah ke sana. Apakah Lot tidak tahu bahwa itu kota yang penuh dengan kejahatan??? Dia tahu karena dia pergi mendekat kesana sedikit demi sedikit. Dia bukan tertarik kepada dosa-dosa orang Sodom namun pada kemakmurannya. Lot dikatakan oleh surat Petrus (2 Ptr 2:8) bahwa dia adalah orang benar, karena itu hal ini menjadi cermin bagi kita.

Kata Sodom menjadi akar dari kata sodomi (sebuah hubungan seksual yang abnormal). Pada Kej 19 kita membaca mengenai orang-orang Sodom yang berkata mengenai tamu-tamu Lot, kata “memakai” itu berarti mereka mau memerkosa. Semua pria di kota itu mau “memakai”, tidak peduli orang tua, dewasa ataupun anak-anak, disini kita melihat kebejatan yang begitu jahat. Namun hal itu tidak menjadi masalah bagi Lot, bagi dia, bagaimana dia mendapatkan sesuatu adalah hal yang lebih penting . Kita melihat solusi Lot kepada orang-orang itu yang sangat tidak etis, dia menawarkan anak-anaknya sendiri yang masih perawan untuk “dipakai” mereka. Disini kita melihat kerusakan yang begitu susah untuk dimengerti. Orang yang hanya melampiaskan seks benar-benar mirip binatang. Di dalam persetubuhan sebenarnya ada saling keterbukaan dan menikmati keindahan ciptaan yang paling indah, yaitu manusia, dalam hubungan suami istri yang kudus. Dlm Kej 19:34 kita melihat incest, seorang anak yang memperkosa ayahnya untuk mencari solusi mengenai keturunan. Dalam dua malam kakak dan adik memperkosa satu ayah, ini sungguh sangat bejat, disini kita bisa melihat pengaruh Sodom terhadap keluarga Lot, yaitu anak-anaknya sendiri. Kita hidup dalam dunia yang sudah bejat. Kota Sodom sudah begitu bejat, ini membuat Tuhan tidak bisa mentolerir. Lot tahu semua itu namun dia tetap mengejar harta. Dlm Yeh 16:49 kita melihat bahwa kota ini sangat kaya, ini sangat menarik hati Lot. Lot sudah kaya, namun dia terus hanya ingin memperkaya diri. Bila kita seperti ini, kita harus bertobat. Pada 1996 saya berhenti bekerja, saya berhentikan perusahaan saya karena saya mau merawat isteri saya. Disini ada pergumulan dan pertanggung jawaban dihadapan Tuhan, saya tidak mau hanya mengejar kekayaan. Lot sangat kontras dengan Abraham. Ketika dia sudah mapan, namun Tuhan memanggilnya, maka dia meninggalkannya semua kemapanan hidupnya, pergi ke tempat yang dia tidak tahu. Pada Kej 14, Lot semestinya memiliki kesempatan untuk meninggalkan kota itu, namun dalam Kej 19 kita melihat bahwa dia tetap kembali ke Sodom. Kenikmatan dunia bisa membuat orang lupa diri.

Lot adalah orang yang tidak punya kesaksian hidup. Kej 19:14 mengisahkan Lot yang ketika memperingatkan kedua bakal menantunya dia dianggap berolok-olok (bercanda) saja. Dlm 19:15 dikatakan bawha kedua malaikat itu mendesak Lot, dan ketika dia berlambat-lambat maka melaikat-malaikat itu menarik Lot sekeluarga. Lot berlambat-lambat dalam mengikut melaikat tersebut, ini sangat ironis. Dia sengaja berlambat-lambat, kalau bisa dia tidak meninggalkan kota tersebut. Kalau dia sendiri tidak berniat meninggalkan, wajar bila dia tidak didengar oleh para bakal menantunya, sebab hidupnya tidak menjadi kesaksian. Bila kita tidak menjadi kesaksian bagi anak-anak kita, kita hanya akan dilihat sebagai orang yang becanda saja. Kemarin, waktu memberikan konseling pra nikah, orang bertanya kepada saya mengenai cara mendidik anak, hal itu sebenarnya simpel, tentu itu adalah anugrah Tuhan, dan kita harus menjadi teladan hidup. Kita melihat pada akhirnya istri Lot menjadi tiang garam karena dia menoleh kebelakang. Hatinya ada di Sodom sehingga akhirnya dia menjadi binasa, menjadi tiang garam.

Lot adalah orang benar, namun dia tidak menularkan imannya kepada istri dan menantu-menantunya. Kej 19:26 dikutip oleh Lukas 17:32 sebagai peringatan untuk mengingat isteri Lot. Dalam kedatangan Yesus yang ke 2 kali, kita disuruh untuk mengingat isteri Lot yang begitu mencintai apa yang dimiliki di dunia ini. ini sangat kontras dengan Tuhan Yesus yang berkata apa gunanya memiliki seluruh dunia tetapi kita kehilangan nyawa kita.

Setelah mereka keluar dari kota tersebut, maka kita melihat dosa lain, yaitu anak-anaknya memperkosa dia. Kita melihat dia gagal mendidik isterinya (yang menjadi tiang garam) dan anak-anaknya (yang memperkosa dia). Lot tidak memiliki hidup doa yang baik, waktu Tuhan berkata bahwa kota itu akan ditunggang balikkan dia justru berlambat-lambat, berbeda dengan Abraham yang berdoa bagi kota tersebut. Abraham tidak sekedar berdoa untuk Lot (keluarganya), namun untuk kota tersebut. Abraham tidak sekedar family interest. Abraham berdoa untuk satu kota tersebut, Abraham tahu sekali seperti apa murka Allah itu. Abraham tidak berkepentingan dengan Sodom, dia tidak tinggal disana, namun dia tetap berdoa untuk kota yang bejat tersebut. Inilah orang yang sudah bertumbuh di dalam Tuhan, inilah hidup yang berkelimpahan sehingga serius bergumul dihadapan Tuhan. Kontras sekali dengan Lot yang benar-benar tinggal disana namun tidak pernah berdoa bagi kota tersebut. Kehidupan doa biasa dibagi berbagai macam, syukur, permohonan, pengakuan dosa, dsb. Namun dalam berdoa, kita sering hanya seperti kaset yang diulang-ulang, tidak ada pergumulan di dalamnya. Lot adalah seorang percaya yang meninggalkan warisan yang sangat jelek. Mana yang kita pilih, mendapatkan warisan dari orang tua kita, harta yang melimpah atau teladan yang baik. Bila kita hanya mendapatkan uang yang banyak maka celakalah kita. . Warisan rohani apa yang kita tinggalkan bagi keturunan-keturunan kita??? Kiranya kisah Lot ini menjadi ceriman bagi kita untuk kita belajar untuk terus bergumul. Amin.

GOD be praised!!!

Tidak ada komentar:

Posting Komentar