Jumat, 03 Juli 2009

Allah - Yunus, Niniwe, dan kita

Pdt. Rudy Pranoto

28 Juni 2009

Yunus 3:1-10

Dalam bagian yang kita baca, ada suatu perintah yang sama yang diulang kembali seperti yang ada dalam Yunus 1. Pada waktu itu Yunus melarikan diri dari perintah ini, dikatakan disini: “bangunlah, pergilah ke Niniwe.” Apakah waktu itu Yunus sedang dalam perjalanan ke Niniwe, seandainya demikian mengapa ada perintah lagi??? Disini ada penegasan lagi yang serius. Sebenarnya dalam ay 2 Yunus mungkin pergi ke Yerusalem untuk membayar nazar dan pulang ke rumahnya. Setelah itu mungkin terjadilah perintah ini. Disini ada jangka waktu, sehingga mungkin ada berita tentang kejadian Yunus ditelan di dalam perut ikan yang sampai kepada rakyat Niniwe. Yunus dingatkan kembali berita yang dahulu ditolaknya. Pekerjaan seorang hamba Tuhan seperti Yunus adalah menyampaikan apa yang diinginkan oleh Allah, sehingga semestinya dia tidak menentang. Namun Yunus adalah orang yang seringkali beargumen dengan TUHAN. Argumennya adalah bahwa bila Niniwe bertobat maka itu membahayakan Israel. Itu adalah alasan-alasan yang bersifat humanis. Allah pasti sudah mengerti. Ada perkataan bangunlah, namun dalam bahasa Inggris Yunus 1:2 ditulis against (menentang) namun dalam Yunus 3:2, cry unto (berteriak kepadanya) disini ada belas kasihan TUHAN. Ada hati yang mengasihi, kadang TUHAN berbicara keras namun terkadang lembut, disini ada perintah yang jelas. Seorang ayah biasa mewakili keadilan TUHAN, seorang ibu mewakili kelembutan TUHAN. Banyak wanita ingin menjadi pria, emansipasi wanita dsb. sehingga ada pertanyaan bernada tidak terima apakah Allah itu laki-laki, mereka bernyanyi she's got the whole world (lagu aslinya adalah He's got the whole world). Allah bukan monopoli laki-laki, ini adalah rasionalisasi yang keliru. Wanita itu sebagai istri yang lebih lemah namun sebenarnya equal. Orang merumuskan bahwa yang jantan harus itu laki-laki, Golda Meier (mantan PM Israel yang wanita) mengatakan mengapa yang jantan harus laki-laki??? Saya juga jantan, katanya. Ada yang menarik dalam lukisan Rembrant tentang anak yang hilang, tangan Bapa yang merangkul anak yang hilang itu satu tangan laki-laki dan 1 tangan perempuan, Allah itu memiliki kelembutan namun juga ketegasan. Kita harus mengenal Allah secara utuh.

Yunus sudah memberontak namun dia tidak dibuang oleh Allah, ini adalah kasih karunia yang sangat hebat, hal ini seharusnya membuat kita menghargai. Kalau kita bisa melayani bukan karena TUHAN butuh kita, namun itu adalah hak istimewa yang semestinya kita hargai. Ay 3-4 Yunus pergi ke Niniwe sesuai dengan Firman Allah. Mengapa Allah tidak membimbing Yunus langsung dari perahu langsung ke Niniwe, namun dia harus melalui perahu, ikan, baru ke Niniwe??? Ini menunjukkan bahwa bila Allah mau memakai maka Allah akan terus mendapatkan kita. Terkadang saya merasa mengapa begitu banyak tugas, ini adalah dosa karena bila kita bisa bertugas itu adalah anugerah TUHAN. Kesadaran anugrah adalah hal yang sangat perlu.

Niniwe adalah kota yang sangat besar. Mengapa orang-orang yang sangat jahat terus ditolong oleh Allah??? bandingkan Mzm 8:4-6, kita melihat siapa sebenarnya kita ini; Allah tidak butuh kita, ini semestinya menyadarkan kita bahwa kita adalah orang-orang yang mulia. Kota itu 3 hari perjalanan luas nya, lalu Yunus berjalan sehari perjalanan jauhnya, ada orang yang menafsirkan bahwa dia kurang serius, namun ada yang bilang itu serius karena pengalaman dalam perut ikan itu menyadarkannya. Peristiwa-peristiwa yang terjadi itu untuk membuat kita bisa refleksi diri, apa yang mesti saya lakukan. Disini Yunus tidak takut lagi menghadapi Niniwe; makin orang merasakan kebahagiaan Allah, seharusnya dia makin berani melaksanakan tugas pelayanannya. Mereka bisa mengerti bahasa Yunus, bukankah Yunus orang Ibrani??? Yes 36:11-13 mereka mengerti apa yang dikatakan Yunus meski Yunus bukan orang Niniwe. Dalam pemberitaannya Yunus berkata bahwa 40 hari lagi Niniwe akan ditunggang balikkan. Bagaimana mungkin berita yang singkat itu bisa mempertobatkan Niniwe??? Kata menunggang balikkan itu pernah juga dipakai untuk Sodom dan Gomora, itu adalah khotbah yang sangat keras. Dalam khotbah yang keras ada kasih Allah yang ingin dinyatakan. Unsur kasih sering kita lihat hanya dalam satu segi saja, yaitu pemberian, padahal kasih itu mengajar dan menyatakan keadilan TUHAN. Kata-kata ini dikatakan untuk Sodom juga, disini mereka mengenal bahwa Sodom telah dimusnahkan, apakah pengertian seperti ini penting??? Waktu Musa membicarakan hikmat; hati yang bijaksana dihubungkan dengan murka TUHAN (Mzm 90). Bila kita bijaksana kita perlu mengerti murka Allah. Itu dikatakan kepada orang-orang Niniwe seolah seperti ancaman, namun ancaman itu perlu. Ada orang yang terus menolak Injil, dan ketika di neraka dia akan berkata mengapa kamu tidak paksa atau mengancam saya supaya saya percaya Tuhan??? Kita kadang sungkan untuk mengancam, padahal memang ada suatu hal yang menakutkan yang harus kita sampaikan. Hal ini mengingatkan kita, pernahkan kita menginjili teman-teman kita, bahkan “mengancam” mereka. Ancaman kematian merupakan orang tua dalam kehidupan. Disini ada sifat paradoks, dalam ancaman ada stimulan. Jangan segan untuk mengancam dia agar dia terus berpikir. Ketika orang yang kita Injili ada di neraka maka mereka sudah tidak ada alasan untuk menuntut lagi. Hal ini unik dalam pemberitaan sedemikian Niniwe bertobat.

Ketika mereka bertobat tidak ada jaminan pengampunan, mereka hanya berharap: siapa tahu Allah mengampuni (ay 9). Bagaimana dengan kita yang sudah mendapatkan jaminan akan pengampunan dosa tersebut??? ini sangat ironis, seorang yang tidak ada jaminan tetap mau bertobat, bahkan sampai semua diikut sertakan. Ada penafsir yang mengatakan bahwa binatang yang tidak berakal disuruh untuk mengerti mengenai hukuman Allah melalui rasa lapar; ini bukan kecerobohan raja, mungkin ini adalah kesadaran yang samar akan murka Allah. Orang-orang Niniwe percaya bahwa teriakan binatang yang lapar itu akan didengar oleh Allah dan hal itu nanti dikonfirmasi bahwa Allah menyertakan binatang ternak sebagai alasan pengampunannya (4:11). Pertobatan raja dan penduduk Niniwe itu menunjukkan bahwa penggungaan kain kabung tidak terbatas pada Israel saja (Yeh 26:16). Dalam 8b mereka bukan hanya melakukan hal-hal lahiriah, namun mereka benar-benar bertobat dari dosa-dosa mereka. Calvin menyatakan bahwa puasa, kain kabung, bila tidak disertai hati maka hal itu justru bisa membangkitkan murka TUHAN. Mereka tidak tahu apa yang akan terjadi setelah mereka bertobat, ini adalah suatu refleksi bagi kita, kita sidah tahu jaminan pengampunan, namun kita tetap tidak mau bertobat. Raja pun bertobat, bagaimana dengan kita. Ada yang berkata, ada orang ingin bertobat, namun tidak mau meninggalkan hal-hal lahiriah kebesaran, kenikmatan dsb. disini sang raja memakai kain kabung, dia tidak memakai kain ungu (pakaian kebesarannya). Sang raja menanggalkan kedudukannya dan mau merendahkan diri, karena dia takut kepada Allah yang adalah Raja diatas segala raja. Bila hal itu bisa terjadi, maka hal itu adalah karena Allah sudah memberikan benih iman kepada mereka. Kita harus merenungkan hal ini, mereka bertobat meski tidak ada jaminan pengampunan. Yoel 2:14 kalau mereka hanya medengar ancaman dan mereka bertobat, namun kita yang ada jaminan, kita jauh lebih berengsek dari pada Niniwe, biarlah ini menjadi perenungan buat kita. Niniwe ini dijadikan pembanding oleh Tuhan Yesus, ini adalah suatu hal yang penting sehingga Tuhan membandingkannya. Mat 12:41, khotbah Yesus ini membandingkan orang-orang pada zaman-Nya dengan Niniwe, Yesus lebih besar dari Yunus namun banyak yang tidak bertobat, padahal pada waktu Yunus berkhotbah, Niniwe bertobat. Kita mempercayai kedaulatan TUHAN, namun Alkitab juga mengajarkan mengenai tanggung jawab manusia. Maunsia melakukan berdasarkan tanggung jawabnya; siapa yang bersalah akan dihukum, kita tidak dapat mempersalahkan TUHAN. Pertobatan Niniwe dipakai untuk menunjukkan ketegar tengkukan bangsa Israel yang tetap tidak mau bertobat. Ini sangatlah ironis dan mengingatkan kita semua. Abraham yang tidak ada Firman (Alkitab seperti kita), dia taat tiap perkataan TUHAN, TUHAN berfirman sekali dan dia taat; namun kita yang sudah memiliki Alkitab, Dia berkata banyak kali namun kita tidak taat. Orang Israel tidak bertobat, pertanyaannya pertobatan Niniwe itu sejati atau bukan??? Tidak mungkin seluruh kota bertobat, karena segera kota itu bermusuhan dengan Israel dan Yehuda; namun ada yang bertobat juga dengan sungguh-sungguh sebab bila tidak bagaimana mungkin Yesus berkata bahwa mereka bertobat. Niniwe akhirnya memang jatuh lagi kedalam dosa, Niniwe dihancurkan oleh Cyaxares dan sekutunya pada tahun 606 SM.

Ay 10, menyesallah Allah karena malapetaka yang telah dirancangkan-Nya, dan Dia tidak jadi melakukannya. Menyesal bukan berarti Allah salah. Hal ini jelas menyatakan belas kasihan Tuhan. Dari menghukum menjadi tidak menghukum, disini ada satu dinamika yang merupakan keunikan dalam diri Allah. Dari apa yang kita sudah baca ini, kita melihat Allah menubuatkan kehancuran Niniwe. Secara esensi, Allah tidak berubah, namun dalam dinamikanya dia berubah. Apakah Allah mengampuni Niniwe karena pertobatan mereka??? Pertobatan mereka adalah karena iman (5), iman ini diperlihatkan dengan perbuatan pertobatan mereka, iman tanpa prbuatan adalah mati. Perbuatan bukan melengkapi iman yang belum cukup, namun iman itu ditunjukkan melalui perbuatan. Ini adalah renungan bagi kita semua untuk melihat diri kita agar kita belajar untuk mengenal Tuhan; bila Dia masih berbelas kasihan, janganlah kita bermain-main, namun serius.

(Ringkasan khotbah ini sudah diperiksa oleh pengkhotbah -KK)

GOD be praised!!!

Tidak ada komentar:

Posting Komentar