Jumat, 10 Juli 2009

Apakah hidup manusia itu???

Pdt. Rudy Pranoto
05 Juli 2009
Mazmur 8, Kejadian 5:21-32


Ketika kita membaca Kejadian 5, apakah hidup manusia hanya seperti itu. Waktu Allah mencipta, Dia mengatakan bahwa hal itu baik, namun ketika Dia selesai menciptakan manusia Dia mengatakan bahwa hal itu sungguh amat baik. Manusia adalah mahkota ciptaan, mahluk yang dicipta begitu mulia, supaya melalui manusia segala kemulian dikembalikan kepada Allah. Manusia harus menguasai alam untuk memuliakan Allah. Pada ay 1 kita melihat ada doxologi yang dinaikkan, dengan tujuan itulah manusia mengisi hidupnya. Katekismus Westminster pada pertanyaan dan jawaban pertama mengatakan bahwa tujuan hidup manusia adalah untuk memuliakan Allah. Dalam Kej 5 kita melihat tidak ada suatu yang patut dicatat, manusia hanya hidup beranak, dan mati. Kita kadang tidak berpikir, bila kita lihat, apa sebenarnya hidup kita, kita hidup menjadi besar, sekolah, kerja, menikah dan pada akhirnya mati. Hidup kita hanya mengulang siklus seperti itu, bila kita tidak mengerti hidup seperti ini sangat kering dan membosankn. Apa yang dapat di-share-kan (dibagikan) dalam hidup seperti ini??? Namun dalam ay 21-23 ada catatan yang beda dengan yang lain. Henokh bergaul dengan Allah selama 300 tahun, kita melihat suatu yang berbeda, yaitu hal yang sangat penting dalam hidup, yaitu bergaul dengan Allah. Henokh dibanding yang lain justru umurnya paling pendek. Yang paling panjang adalah Metusalah (969).

Bergaul dengan Allah, ini sangat menarik.Henokh adalah keturunan ke 7; 7 adalah angka sempurna, disini kita melihat puncak kesalehan hidup manusia. Ini bukan berarti dia orang baik, surat Ibrani menyatakan bahwa Henokh adalah orang beriman, iman adalah pemberian Alah, dan iman itu menghasilkan buah (Yak 4). Kita melihat Henokh merupakan puncak kesalehan; Lamekh juga merupakan keturunan ke 7 dari Kain, namun dari Lamekh ini justru menjadi puncak kebejatan manuia. (Kej 4). Lamekh adalah orang pertama yang mulai melakukan poligami. Keturunan Henokh menurunkan Nuh. Henokh melairkan Metusalah, pada umur 187 dia memperanakkan Lamekh, sehingga dia hidup 782 tahun lagi setelah memperanakkan Metusalah. Waktu Lamekh melahirkan Nuh, dia berumur 182 tahun. Pada waktu Lamekh melahirkan Nuh umur Metusalah tinggal 600 tahun. Pada akhir hidupnya itulah air bah muncul. Apakah Metusalah mati sebelum atau mati karena banjir??? Kalau dia mati sebelum banjir, berarti dia diselamatkn, namun jika dia mati karena banjir, maka adalah orang yang tidak beriman karena yang beriman hanya 8 orang. Apakah manusia itu??? Ketika orang non Kristen berespon secara baik terhadap wahyu umum, kita orang Kristen bahkan bisa memiliki hidup yang lebih buruk. Ironis sekali bila kita sebagai orang percaya hidup kita berantakan, apakah yang kita pakai untuk mengisi hidup kita??? Henokh umurnya paling pendek dari yang dicatat pada bagian tersebut, namun hidupnya lain, dia dicatat bukan lebih sukses atau kaya, tapi hidupnya bergaul dengan TUHAN.

Dalam Teologi Sukses diajarkan bahwa orang yang diberkati adalah orang yang sukses, yang kaya dsb. padahal hal itu tidak ada dalam Alkitab. Ada kebahayaan disini. Bergaul dengan Allah berati dia akrab dengan Allah. Kalau dia bergaul berarti dia memfokuskan hidupnya untuk Allah, kalau kita hanya arahkan hidup kepada materi, maka hidup kita kecil sekali dan tidak berarti. Kristus adalah contoh, hidup dari makna, bukan dari rentang waktunya. Umurnya hanya 33,5 tahun namun hidupnya berkait senantiasa dengan Bapa yang di sorga. Apakah hidup kita sudah dikaitkan dengan kehendak Bapa yang di sorga??? Ini sangat penting. Kaya tidak salah jika kaya itu bisa dikaitkan dengan kekekalan, dengan kemuliaan Allah. Maka sekaya apapun kita, hidup kita nothing dihadapan Allah. Kita mungkin kaya raya, namun tidak ada artinya. Apa artinya merayakan ulang tahun tiap hari, apa artinya panjang umur bila hidup itu tidak ada bobotnya??? Seandainya kita tahu, kita akan mati pada umur 33 tahun apa yang akan terjadi; kita takut belum menikah, anak masih kecil; pikiran kita hanya takut mati. Kita tidak takut kalau hidup kita tidak punya makna, sebenarnya sepanjang-panjangnya umur, satu hari umur itu akan habis. Musa menyatakan bahwa tahun-tahun umur kita itu pendek, dan hidup itu adalah kesengsaraan (Mzm 90:10). Orang tua seing dihantui dengan ketidak bergunaan dsb. Dalam Ef 5: 15-16 Paulus berbicara mengenai waktu. Waktu berjalan secara linier, bukan sirkular. Waktu, menurut Agustinus seperti tali yang terus dibakar, waktu tidak berulang-ulang. Ada film yang diperankan oleh Michael J Fox mengenai mesin waktu; disana waktu bisa diulang-ulang, di timur juga ada konsep seperti ini. Namun waktu tidak bisa diulang. Kita manusia yang terbatas, hidup kita bukan masalah panjang pendeknya. Musa berkata, Tuhan ajarilah kami menghitung hari kami sedemikian agar kami beroleh hati yang bijaksana. Musa berpikir bahwa ketika waktu-waktu itu lewat, hidup harus makin bijaksana. Mzm 90:11 Musa mengaitkannya dengan murka Allah. Tanpa berkait dengan Allah, hidup kita adalah nothing.

Mengapa kita sulit mempermuliakan Allah??? Karena kita sudah menempatkan diri kita dalam posisi yang tidak tepat. Allah harus senantiasa diatas; manusia menguasai alam untuk memuliakan Allah. Namun manusia seringkali mau diatas Allah namun dibawah alam. Aneh, kadang kita mau mengatasi Allah, namun kita rela dibawah alam. Kita tidak sadar bahwa ketika uang, kesuksesan jadi sasaran kita, berati materi (alam) ada di atas kita; ini ada keterbalikan. Pada waktu kedudukan, kekayaan, pengetahuan, kuasa politik jadi tujan hidup manusia, segala sesuatu yang dalam kesementaraan jadi tujuan hidup kita, maka kita sudah bergeser kebawah, kita dikuasai oleh alam.

Dalam gereja-gereja tertentu, ada orang yang mau mengatur Allah, kita mau mengatasi Allah. Allah seolah bisa disetir oleh kita, berarti kita lebih berkuasa dari Allah. Konsep yang mengatakan bahwa dengan sogokan, upeti (apapun itu: uang, persembahan, pelayanan) Allah bisa kita perintah, adalah konsep agama yang salah. Kita harus membidik sasaran kita, yaitu Allah semata. Kristus adalah sasaran kita, Allah sebagai fokus hidup; kalau bidikan kita meleset, mungkin kita bisa jatuh, namun kalau meleset masih dekat. Jika fokusnya kita tidak tahu, maka segalanya menjadi kacau. Kita hanya pikir apa yang bisa kita nikmati; kita rasa sayang kalau ada orang mati muda, kita hanya mengukur umur orang berdasarkan panjang pendeknya, ini berarti berfokus pada kesementaraan saja. Paulus menyatakan bahwa kita adalah orang yang paling malang bila kita hanya meletakkan pengharapan kita pada kesementaraan (1 Kor 15:19 ). Lebih baik punya hidup yang mungkin tidak panjang namun bermakna; dari pada panjang namun tidak bermakna. Kita tidak bisa memilih kita dilahirkan seperti apa, namun kita bisa mengisi hidup kita untuk mempermuliakan Allah. Kristus mengarahkan seluruh hidup-Nya kepada seluruh kehendak Bapa.

Satu kali ada orang meninggal yang belum percaya namun keluarganya Kristen, dan waktu meninggal dia pakai ayat 2 Tim 4:6-7 di koran. Saya pikir kapan dia menyelesaikan pertandingan dengan baik, dia bahkan mungkin belum percaya, iklan itu cuma slogan belaka. Waktu kita berlari, kita ada tujuan, yaitu memuliakan Allah (1 Kor 9:24-26, Filipi 1:21; 3:13-14). Teman saya berkata kalau Kristus datang pada waktu nonton sinetron dia akan bilang wah sebentar saya habiskan dulu sinetronnya ya Tuhan, karena sinetron ini sungguh menarik. Mana yang kita pikir lebih baik, sekarang pergi ke sorga atau hidup dahulu baru nanti ke sorga. Hizkia ketika diperpanjang umurnya maka kerohaniannya merosot. Bertemu dengan Kristus sangat mulia, namun Paulus rela untuk terus hidup untuk memberi buah. Waktu Tuhan menyuruh Yunus ke Niniwe ada ancaman; ancaman itu terkadang perlu. Ancaman yang keras sering perlu. Ketika mati, kita dapat memilih apa saya tinggalkan, dan kemana saya pergi. Hidup penuh pergumulan, apakah saya sungguh-sungguh percaya pada Tuhan??? Bila bertemu Allah, apakah kita berani datang dengan suka kehadapan-Nya??? Henokh meningalkan catatan keturunan yang baik.Bila kita mati apa yang kita tinggalkan, pabrik, deposito??? Yang ditinggalkan adalah keturunan, anak, menantu. Kita diingatkan bahwa yang paling berharga adalah keturunan kita. Keturunan adalah estafet yang akan meneruskan iman. Saya pernah mendengar mengenai seorang bendahara yang sangat sibuk, dan setiap anaknya yang mau perlu sesuatu harus menulis di kertas dan dia akan memenuhi semua, bolehkah kita berbuat demikian??? Sering kita terlalu sibuk cari uang, uang perlu kita pikirkan, namun bergaul dengan anak-anak kita dan memberikan teladan jauh lebih penting. Henokh meninggalkan keturunan, dari Metusalah ada keturunan yang baik. Ada seorang yang benar-benar berpikir tentang masalah ini, Monica, ibu Agustinus, dalam confessions (Agustinus), Monica adalah ibu yang sangat dikagumi, ibu yang mencucurkan air mata untuk anak-anak. Istri saya ketika akan meninggal terus mau membekali anak-anak saya satu hal, yaitu takut akan Tuhan. Bagaimana kalau anak-anak kita jadi berandal??? Pdt. Stephen Tong bersaksi bagaimana ibunya terus mendoakan dan mendidik anak-anaknya untuk takut akan Allah. Seorang pengkhotbah bertanya pada anak-anaknya, siapa pengkhotbah yang terbaik, semuanya mengatakn: ibu. Ibu itu memiliki peran yang sangat mulia. Setelah anak-anak saya ditinggal mamanya, anak-anak saya sering bercerita tentang mamanya, hal ini menunjukkan bahwa peran ibu sangat penting. Ada 2 tempat dalam Pkh 1:7, rumah pesta dan rumah duka. Pengkhotbah menasihatkan kita bahwa pergi ke rumah duka lebih baik dari pada ke rumah pesta. Ini terbalik dari yang sering kita pikirkan. Mengapa demikian??? Di rumah dukalah ada akhir hidup manusia, disanalah kita diingatkan, suatu hari kita akan meninggalkan dunia ini, bagaimana hidup kita??? Di rumah duka kita diingatkan lagi apa yang ditinggalkan oleh orang yang mati itu. Kita merenung seperti teman David Livingstone yang terus menangis, dia mengingat bahwa mereka berdua dipanggil Tuhan untuk menjadi Hamba Tuhan, namun dia lalai terhadap panggilan tersebut, sementara David Livingstone telah setia sampai akhir hidupnya.

Saya harap kita merenungkan hal ini, apakah hidup kita ini, kemana kita akan pergi dan apa yang kita tinggalkan. Amin.

(Ringkasan khotbah sudah diperiksa oleh pengkhotbah – KK)
GOD be praised!!!

Tidak ada komentar:

Posting Komentar