Rabu, 20 Mei 2009

Wahyu 2:8-11

Pdt. Rudy Pranoto
26 Oktober 2008
Wahyu 2:8-11

Smirna adalah suatu kota yang sangat unik. Kota ini terletak di sebuah gunung yang sangat tinggi. Penduduk kota Smirna sangat setia kepada Roma. Jemaat disini dikatakan untuk setia karena secara kehidupan sehari-hari mereka setia pada Roma dan bangga sebagai sekutu Roma karena Roma merupakan suatu kekaisaran yang super power. Namun jemaat ini dikatakan segaai jemaat yang menderita, mengapa demikian???

Penderitaan sangatlah penting, kita telah mendengar khotbah mengenai pencobaan, dan kita mengerti bahwa pencobaan itu harus ada. Ada yang bisa kita dapatkan dari penderitaan. Kita tidak bangga karena penderitaan, penderitaan belum tentu menjadikan kita lebih matang, bahkan terkadang kita bisa goncang iman karena penderitaan. Penderitaan bahkan bisa membuat orang menjadi apatis. Teologi penderitaan berbicara mengenai menderita karena nama Tuhan. Ini jenis penderitaan yang berbeda dari penderitaan yang lain, jadi yang membuat kita bersuka cita adalah bahwa melalui penderitaan itu kita dibentuk untuk menjadi serupa dengan Kristus. Inilah tujuan utama manusia. Hidup yang menjadi berkat, hidup yang mengasihi dsb. menuju kepada penyempurnaan untuk menjadikan diri kita menjadi seperti Kristus. Penderitaan yang dibahas disini adalah jenis penderitaan yangn sangat berbeda, penderitaan disini adalah penderitaan karena salib. Dlm Kis 14:22 dikatakan bahwa kita tidak bisa meluputkan diri dari penderitaan. Sejenis ajaran dispensasi mengatakan bahwa pada akhir zaman orang baik akan diangkat pada zaman penganiayaan besar (great tribulation) di akhir zaman. Namun sebenarnya iman seseorang justru dimurnikan melalui penderitaan. Iman seorang akan dimurnikan melalui penderitaan, dan kasih karunia yang dari pada Tuhan adalah cukup bagi setiap kita yang mengalami penderitaan. Tuhan tahu benar takaran kita.

Dalam jemaat Smirna, Yesus mengatakan bahwa Dia adalah Alfa dan Omega, Yesus adalah Dia yang memegang kendali. Kita cukup menjalani hidup kita dengan normal, dan bila kita harus menderita karena kebenaran, maka kita harus setia. Pada waktu revolusi kebudayaan pada zaman Mao Zedong, banyak orang Kristen ditindas, namun dengan demikian kekristenan justru bertumbuh. Bila gereja tidak diberikan hak istimewa untuk menderita, maka gereja tersebut sangat berbahaya. Bila kita banyak mendapatkan penderitaan, maka kita harus bersyukur sebab itu adalah cara Tuhan untuk mendewasakan kita. Gereja di Eropa tidak ada pendritaan sehingga mereka terus menurun. Penderitaan bukan sekedar fisik, namun bisa juga mental dan spiritual. Bila kita tidak pernah mengalami penderitaan, bisa-bisa kita sedang berkompromi. Bila kita banyak kompromi, maka kita tidak merasakan perjuangan. Tidak benar bila kita baik-baik maka tidak ada hambatan yang menghalangi kita. Seringkali bila kita menegakkan kebenaran justru kita akan dibenci. Semangat humanis adalah semua orang saling menerima apa adanya. Yesus mengatakan bahwa Dia telah menang, Dia juga pernah menderita dan Dia telah bangkit dan menang. Pada ayat 9 ada penghiburan bagi orang yang menderita, yaitu perkataan Tuhan bahwa Dia tahu. Inilah penghiburan dari Tuhan, yaitu bahwa Dia mengetahui penderitaan tersebut. Bila kita menderita dan tidak ada yang tahu penderitaan kita, maka hal tersebut sangatlah berat. Kristus menyatakan bahwa Dia tahu dan pekerjaan mereka diakui oleh Tuhan. Diakui oleh Tuhan adalah hal yang sangat dan paling penting; kita sering mencari pengakuan dari manusia namun kita lupa mencari pengakuan dari Tuhan. Bila kita sadar bahwa Tuhan tahu, hal tersebut adalah penghiburan yang sangat luar biasa bagi kita.

Tuhan mengetahui penderitaan mereka berarti penderitaan mereka berada didalam kontrol Tuhan. Jemaat Smirna sangatlah miskin, secara finansial mereka sangat tidak mudah. Bila mereka bekerja didalam kekaisaran, lalu mereka menolak untuk menyembah kaisar mereka bisa dipecat. Dalam keadaan sepeti ini, mereka justru belajar untuk bergantung kepada Tuhan secara total. Penderitaan jemaat ini sangat mungkin jauh lebih berat dari pada penderitaan kita. Namun Tuhan mengatakan bahwa mereka tidak perlu takut sebab mereka kaya dimata Tuhan. Kita boleh miskin, susah dan menderita namun Tuhan mengatakan “berbahagialah kamu”, ini sangat paradoks, disini kita mengalami sukacita yang sangat penuh. Jemaat Smirna memang berbahagia, mereka menderita karena goncangan iblis, mereka miskin dan dianggap sedang mengalami kutukan Tuhan. Jemaat palsu memfitnah dan menuduh mereka, hal ini merupakan pekerjaan setan. Saya heran kalau ada hamba Tuhan yang senang bila ada hamba Tuhan jatuh, ini sangatlah mengerikan. Jemaat iblis terus menggoncang jemaat Smirna ini dengan menyatakan bahwa mereka sedang dikutuk Tuhan.

Jemaat Smirna adalah jemaat yang tidak ditegur oleh Tuhan, ini adalah jemaat yang baik, namun dalam kenyataannya mereka kelihatan sangat menderita. Kita harus berhati-hati dengan tuduhan-tuduhan, termasuk tuduhan diri kita terhadap diri sendiri. Tuhan telah menerima kita dan kita tidak berhak untuk tidak menerima diri, demikian juga dengan orang lain. Kita harus belajar dari jemaat Smirna ini. Jemaat Smirna didorong terus untuk belajar setia, setia didalam penderitaan sangat tidak mudah. Mother Theressa mengatakan bahwa dia dipanggil untuk setia kepada Tuhan, bukan untuk menjadi sukses. Kita harus setia dengan iman yang benar, jemaat Smirna diminta untuk terus setia sebagai hasil dari hidup yang beriman. Setia ini bukan sembarang setia, setia yang dimaksud adalah setia dalam iman yang benar. Iman yang benar adalah iman ynag berasal dari Firman. (Rm 10:17). Iman berbeda dengan keyakinan, iman berlandas kepada iman. Yesus meminta jemaat Smirna mengenal Diri-Nya, yang telah menderita dan menang. Yesus mau setiap orang yang mengikuti-Nya mengenal siapa Pribadi-Nya bukan sekedar apa yang telah diperbuat-Nya. Janji Tuhan bagi mereka yang setia adalah mahkota kehidupan, yaitu kehidupan yang melampaui apapun. Mereka boleh kehilangan nyawa karena kesetiaan mereka, namun mereka harus terus setia dan kemuliaan yang akan datang tidak bisa dibandingkan dengan penderitaan yang telah mereka alami. Penderitaan tersebut bukan penderitaan yang mudah. Polycarpus dalam masa tuanya ketika dia diperhadapkan pada pilihan antara kematian dengan dibakar atau menyangkali imannya dia mengucapkan kalimat: “sepanjang umurku aku mengikuti Tuhan dan Dia tidak pernah mengecewakan aku, akupun tidak mau mengecewakan-Nya”, dan diapun mati dibakar. Kita ingat bahwa Kristus telah menang, Dialah Alfa dan Omega dan didalam Kristus kita bisa menang dalam menanggung segala hal termasuk penderitaan yang paling dahsyat sekalipun.

(Ringkasan khotbah ini sudah diperiksa oleh pengkhotbah - KK)
GOD be Praised!!!

Tidak ada komentar:

Posting Komentar