Jumat, 22 Mei 2009

Manusia menatap hidup

Pdt. Rudie Gunawan
17 Mei 2009
Pengkhotbah 3:16-22

Pengkhotbah mewakili pandangan umum manusia akan dunia ini. Kata “aku” disini bukan mewaklili pribadi penulis, kata “aku” seringkali mewakli pandangan-pandangan umum yang sering dibicarakan masyarakat waktu itu. Kita percaya bahwa hal itu adalah hasil kerja keras penulis atas bimbingan Roh Kudus. Dalam bagian yang kita baca, diperkenalkan sebuah degree comparison, perbandingan yang bertingkat, makin baik atau makin buruk. Pendapat umum mengajak manusia untuk melihat kehidupan ini makin turun dan makin pesimis. Ay 16. ditempat keadilan ada ketidak adilan. Pada waktu itu ternyata ada pandangan yang sudah begitu sinis mengenai pengadilan, tempat keadilan ternyata justru menjadi tempat ketidak adilan. Kalau masuk pengadilan, maka hal itu seringkali menjadi hal yang menakutkan sebab sering ada ketidak adilan. Yang salah bukan rumahnya (rumah pengadilan), juga bukan orangnya, namun yang berbahaya adalah pengaruh, dan spiritnya. Dunia ini adalah dunia yang dimenangkan oleh Kristus, namun juga adalah dunia yang belum terhukum, kesabaran Allah masih panjang, dan didalamnya kita melihat penduduk yang dibuang atau yang didekap oleh Tuhan. Penduduk yang setia atau terbuang dihadapan Tuhan.

Namun kita tidak tau siapa yang tertolak itu, yang kita tahu adalah bahwa masih banyak orang yang harus pulang (kembali ke Tuhan). Yang kita ketahui adalah ada tempat yang vital yang masih dipengaruhi oleh spirit yang jahat, ditempat pengadilan terdapat ketidak adilan. Ay 17. si “aku” mewakili lagi pendapat banyak orang yang meresponi keadaan yang tidak sesuai dengan yang mereka cari, sehingga dengan nada yang begitu berani dan sedikit frustasi serta geram, dia berkata Allah akan menghakimi. Masyarakat kita sangat dipengaruhi oleh pengaruh animisme dan dinamisme, serta teori mengenai nasib ataupun karma sehingga hal tersebut sangat menyuburkan dunia santet dan perdukunan. Disini kita membawa-bawa yang ilahi untuk menghakimi menurut kepentingan dan dendam kita. Statement disini benar, Allah adalah Pengadil segala sesuatu. Banyak hal yang kita tidak bisa kontrol, termasuk alam. Ketika Allah ditempatkan dalam sebuah keputusan siklus, segala sesuatu ada waktunya, pertanyaannya adalah apakah hanya itu yang dikerjakan oleh Allah. Dalam konsep nasib agama timur, konsep ada yang baik dan buruk, konsep Yin Yang, maka hal itu mengunci kita.

Puji TUHAN ada Firman yang membebaskan kita untuk mengetahui bahwa segala sesuatu ada waktunya, Allah akan menghakimi. Namun jika ada motif dendam, maka yang ingin diselesaikan adalah objek dari kejengkelannya, bukan kejengkelannya sendiri. Inilah kesalahan yang sering kita lakukan. Kita harus menyelesaikan dulu diri kita (yang mendendam) bukan objek kejengkelan kita. Ada golongan orang yang sudah begitu biasa bermain sebagai allah, Allah pasti membalas, sering kali ini menjadi sebuah pernyataan dendam. Jika pendeta juga memiliki pandangan sepeti ini, maka pendeta akan menjadi dukun bagi jemaat. Ketika jemaat sakit, atau susah, dan pendeta pro kepada jemaat seperti ini, maka pendeta sedemikian pasti laku, dia berdoa untuk kesembuhan lalu dia mendapatkan mobil dsb. Ay 18. tentang anak-anak manusia, kita melihat degree comparison. Benarkah Allah melihat kita seperti binatang. Satu tema yang sangat saya suka ketika berbicara adalah ketika berbicara mengenai konsep kafir. Ending dari konsep kafir sering kali adalah membinatangkan sesama manusia. Dalam dunia karma ada 6 susun, bukan berhenti hanya sampai biatang namun sampai kepada setan. Kalau kita membinatangkan orang atau bahkan menyetankan manusia maka kita bukan orang Kristen lagi. Tadi kita melihat bahwa dia mengatakan Allah akan membalas, namun selanjutnya dia mengatakan bahwa Allah menganggap mereka binatang. Manusia tidak menyelesaikan dirinya sendiri, namun menyelesaikan objek kejengkelannya. ini berbahaya.

Ay 20. ketika manusia sudah tidak memiliki kesadaran akan yang baik, akhirnya dia memandang dirinya seperti binatang saja. Keduanya menjadi debu saja. Namun dalam ay. 21 ada sebuah sindiran Firman, ada perbedaan antara hidup manusia dan hidup binatang, manusia bukan sekedar berbeda dari pada binatang, namun dia memiliki sifat ilahi. Manusia memiliki kasih sayang ilahi. Apakah kita memandang orang lain seperti binatang, apakah kita mau bermain untuk menjadi seperti allah; jangan, sebab hidup kita sudah ditebus di dalam Kristus Yesus. Kiranya kita senantiasa menikmati bimbingan Firman, yang membuat hidup kita memiliki kualitas yang sebenarnya, menjadi berkat bagi sesama, dan mengabdi kepada Pencipta. Siapa yang memperlihatkan apa yang terjadi sesudah dia. Manusia tidak berhenti seperti binatang, namun dia terus berfikir dan berbahagia selamanya atau sebaliknya terhukum selamanya. Kiranya ini menjadi renungan dan dorongan bagi kita dalam menjalani panggilan kita sebagai manusia yang menjadi berkat bagi sesama dalam pengabdian kita kepada Allah.

(Ringkasan khotbah ini belum diperiksa oleh Pengkhotbah – KK)
GOD be Praised!!!

Tidak ada komentar:

Posting Komentar