Jumat, 10 Juli 2009

Apakah hidup manusia itu???

Pdt. Rudy Pranoto
05 Juli 2009
Mazmur 8, Kejadian 5:21-32


Ketika kita membaca Kejadian 5, apakah hidup manusia hanya seperti itu. Waktu Allah mencipta, Dia mengatakan bahwa hal itu baik, namun ketika Dia selesai menciptakan manusia Dia mengatakan bahwa hal itu sungguh amat baik. Manusia adalah mahkota ciptaan, mahluk yang dicipta begitu mulia, supaya melalui manusia segala kemulian dikembalikan kepada Allah. Manusia harus menguasai alam untuk memuliakan Allah. Pada ay 1 kita melihat ada doxologi yang dinaikkan, dengan tujuan itulah manusia mengisi hidupnya. Katekismus Westminster pada pertanyaan dan jawaban pertama mengatakan bahwa tujuan hidup manusia adalah untuk memuliakan Allah. Dalam Kej 5 kita melihat tidak ada suatu yang patut dicatat, manusia hanya hidup beranak, dan mati. Kita kadang tidak berpikir, bila kita lihat, apa sebenarnya hidup kita, kita hidup menjadi besar, sekolah, kerja, menikah dan pada akhirnya mati. Hidup kita hanya mengulang siklus seperti itu, bila kita tidak mengerti hidup seperti ini sangat kering dan membosankn. Apa yang dapat di-share-kan (dibagikan) dalam hidup seperti ini??? Namun dalam ay 21-23 ada catatan yang beda dengan yang lain. Henokh bergaul dengan Allah selama 300 tahun, kita melihat suatu yang berbeda, yaitu hal yang sangat penting dalam hidup, yaitu bergaul dengan Allah. Henokh dibanding yang lain justru umurnya paling pendek. Yang paling panjang adalah Metusalah (969).

Bergaul dengan Allah, ini sangat menarik.Henokh adalah keturunan ke 7; 7 adalah angka sempurna, disini kita melihat puncak kesalehan hidup manusia. Ini bukan berarti dia orang baik, surat Ibrani menyatakan bahwa Henokh adalah orang beriman, iman adalah pemberian Alah, dan iman itu menghasilkan buah (Yak 4). Kita melihat Henokh merupakan puncak kesalehan; Lamekh juga merupakan keturunan ke 7 dari Kain, namun dari Lamekh ini justru menjadi puncak kebejatan manuia. (Kej 4). Lamekh adalah orang pertama yang mulai melakukan poligami. Keturunan Henokh menurunkan Nuh. Henokh melairkan Metusalah, pada umur 187 dia memperanakkan Lamekh, sehingga dia hidup 782 tahun lagi setelah memperanakkan Metusalah. Waktu Lamekh melahirkan Nuh, dia berumur 182 tahun. Pada waktu Lamekh melahirkan Nuh umur Metusalah tinggal 600 tahun. Pada akhir hidupnya itulah air bah muncul. Apakah Metusalah mati sebelum atau mati karena banjir??? Kalau dia mati sebelum banjir, berarti dia diselamatkn, namun jika dia mati karena banjir, maka adalah orang yang tidak beriman karena yang beriman hanya 8 orang. Apakah manusia itu??? Ketika orang non Kristen berespon secara baik terhadap wahyu umum, kita orang Kristen bahkan bisa memiliki hidup yang lebih buruk. Ironis sekali bila kita sebagai orang percaya hidup kita berantakan, apakah yang kita pakai untuk mengisi hidup kita??? Henokh umurnya paling pendek dari yang dicatat pada bagian tersebut, namun hidupnya lain, dia dicatat bukan lebih sukses atau kaya, tapi hidupnya bergaul dengan TUHAN.

Dalam Teologi Sukses diajarkan bahwa orang yang diberkati adalah orang yang sukses, yang kaya dsb. padahal hal itu tidak ada dalam Alkitab. Ada kebahayaan disini. Bergaul dengan Allah berati dia akrab dengan Allah. Kalau dia bergaul berarti dia memfokuskan hidupnya untuk Allah, kalau kita hanya arahkan hidup kepada materi, maka hidup kita kecil sekali dan tidak berarti. Kristus adalah contoh, hidup dari makna, bukan dari rentang waktunya. Umurnya hanya 33,5 tahun namun hidupnya berkait senantiasa dengan Bapa yang di sorga. Apakah hidup kita sudah dikaitkan dengan kehendak Bapa yang di sorga??? Ini sangat penting. Kaya tidak salah jika kaya itu bisa dikaitkan dengan kekekalan, dengan kemuliaan Allah. Maka sekaya apapun kita, hidup kita nothing dihadapan Allah. Kita mungkin kaya raya, namun tidak ada artinya. Apa artinya merayakan ulang tahun tiap hari, apa artinya panjang umur bila hidup itu tidak ada bobotnya??? Seandainya kita tahu, kita akan mati pada umur 33 tahun apa yang akan terjadi; kita takut belum menikah, anak masih kecil; pikiran kita hanya takut mati. Kita tidak takut kalau hidup kita tidak punya makna, sebenarnya sepanjang-panjangnya umur, satu hari umur itu akan habis. Musa menyatakan bahwa tahun-tahun umur kita itu pendek, dan hidup itu adalah kesengsaraan (Mzm 90:10). Orang tua seing dihantui dengan ketidak bergunaan dsb. Dalam Ef 5: 15-16 Paulus berbicara mengenai waktu. Waktu berjalan secara linier, bukan sirkular. Waktu, menurut Agustinus seperti tali yang terus dibakar, waktu tidak berulang-ulang. Ada film yang diperankan oleh Michael J Fox mengenai mesin waktu; disana waktu bisa diulang-ulang, di timur juga ada konsep seperti ini. Namun waktu tidak bisa diulang. Kita manusia yang terbatas, hidup kita bukan masalah panjang pendeknya. Musa berkata, Tuhan ajarilah kami menghitung hari kami sedemikian agar kami beroleh hati yang bijaksana. Musa berpikir bahwa ketika waktu-waktu itu lewat, hidup harus makin bijaksana. Mzm 90:11 Musa mengaitkannya dengan murka Allah. Tanpa berkait dengan Allah, hidup kita adalah nothing.

Mengapa kita sulit mempermuliakan Allah??? Karena kita sudah menempatkan diri kita dalam posisi yang tidak tepat. Allah harus senantiasa diatas; manusia menguasai alam untuk memuliakan Allah. Namun manusia seringkali mau diatas Allah namun dibawah alam. Aneh, kadang kita mau mengatasi Allah, namun kita rela dibawah alam. Kita tidak sadar bahwa ketika uang, kesuksesan jadi sasaran kita, berati materi (alam) ada di atas kita; ini ada keterbalikan. Pada waktu kedudukan, kekayaan, pengetahuan, kuasa politik jadi tujan hidup manusia, segala sesuatu yang dalam kesementaraan jadi tujuan hidup kita, maka kita sudah bergeser kebawah, kita dikuasai oleh alam.

Dalam gereja-gereja tertentu, ada orang yang mau mengatur Allah, kita mau mengatasi Allah. Allah seolah bisa disetir oleh kita, berarti kita lebih berkuasa dari Allah. Konsep yang mengatakan bahwa dengan sogokan, upeti (apapun itu: uang, persembahan, pelayanan) Allah bisa kita perintah, adalah konsep agama yang salah. Kita harus membidik sasaran kita, yaitu Allah semata. Kristus adalah sasaran kita, Allah sebagai fokus hidup; kalau bidikan kita meleset, mungkin kita bisa jatuh, namun kalau meleset masih dekat. Jika fokusnya kita tidak tahu, maka segalanya menjadi kacau. Kita hanya pikir apa yang bisa kita nikmati; kita rasa sayang kalau ada orang mati muda, kita hanya mengukur umur orang berdasarkan panjang pendeknya, ini berarti berfokus pada kesementaraan saja. Paulus menyatakan bahwa kita adalah orang yang paling malang bila kita hanya meletakkan pengharapan kita pada kesementaraan (1 Kor 15:19 ). Lebih baik punya hidup yang mungkin tidak panjang namun bermakna; dari pada panjang namun tidak bermakna. Kita tidak bisa memilih kita dilahirkan seperti apa, namun kita bisa mengisi hidup kita untuk mempermuliakan Allah. Kristus mengarahkan seluruh hidup-Nya kepada seluruh kehendak Bapa.

Satu kali ada orang meninggal yang belum percaya namun keluarganya Kristen, dan waktu meninggal dia pakai ayat 2 Tim 4:6-7 di koran. Saya pikir kapan dia menyelesaikan pertandingan dengan baik, dia bahkan mungkin belum percaya, iklan itu cuma slogan belaka. Waktu kita berlari, kita ada tujuan, yaitu memuliakan Allah (1 Kor 9:24-26, Filipi 1:21; 3:13-14). Teman saya berkata kalau Kristus datang pada waktu nonton sinetron dia akan bilang wah sebentar saya habiskan dulu sinetronnya ya Tuhan, karena sinetron ini sungguh menarik. Mana yang kita pikir lebih baik, sekarang pergi ke sorga atau hidup dahulu baru nanti ke sorga. Hizkia ketika diperpanjang umurnya maka kerohaniannya merosot. Bertemu dengan Kristus sangat mulia, namun Paulus rela untuk terus hidup untuk memberi buah. Waktu Tuhan menyuruh Yunus ke Niniwe ada ancaman; ancaman itu terkadang perlu. Ancaman yang keras sering perlu. Ketika mati, kita dapat memilih apa saya tinggalkan, dan kemana saya pergi. Hidup penuh pergumulan, apakah saya sungguh-sungguh percaya pada Tuhan??? Bila bertemu Allah, apakah kita berani datang dengan suka kehadapan-Nya??? Henokh meningalkan catatan keturunan yang baik.Bila kita mati apa yang kita tinggalkan, pabrik, deposito??? Yang ditinggalkan adalah keturunan, anak, menantu. Kita diingatkan bahwa yang paling berharga adalah keturunan kita. Keturunan adalah estafet yang akan meneruskan iman. Saya pernah mendengar mengenai seorang bendahara yang sangat sibuk, dan setiap anaknya yang mau perlu sesuatu harus menulis di kertas dan dia akan memenuhi semua, bolehkah kita berbuat demikian??? Sering kita terlalu sibuk cari uang, uang perlu kita pikirkan, namun bergaul dengan anak-anak kita dan memberikan teladan jauh lebih penting. Henokh meninggalkan keturunan, dari Metusalah ada keturunan yang baik. Ada seorang yang benar-benar berpikir tentang masalah ini, Monica, ibu Agustinus, dalam confessions (Agustinus), Monica adalah ibu yang sangat dikagumi, ibu yang mencucurkan air mata untuk anak-anak. Istri saya ketika akan meninggal terus mau membekali anak-anak saya satu hal, yaitu takut akan Tuhan. Bagaimana kalau anak-anak kita jadi berandal??? Pdt. Stephen Tong bersaksi bagaimana ibunya terus mendoakan dan mendidik anak-anaknya untuk takut akan Allah. Seorang pengkhotbah bertanya pada anak-anaknya, siapa pengkhotbah yang terbaik, semuanya mengatakn: ibu. Ibu itu memiliki peran yang sangat mulia. Setelah anak-anak saya ditinggal mamanya, anak-anak saya sering bercerita tentang mamanya, hal ini menunjukkan bahwa peran ibu sangat penting. Ada 2 tempat dalam Pkh 1:7, rumah pesta dan rumah duka. Pengkhotbah menasihatkan kita bahwa pergi ke rumah duka lebih baik dari pada ke rumah pesta. Ini terbalik dari yang sering kita pikirkan. Mengapa demikian??? Di rumah dukalah ada akhir hidup manusia, disanalah kita diingatkan, suatu hari kita akan meninggalkan dunia ini, bagaimana hidup kita??? Di rumah duka kita diingatkan lagi apa yang ditinggalkan oleh orang yang mati itu. Kita merenung seperti teman David Livingstone yang terus menangis, dia mengingat bahwa mereka berdua dipanggil Tuhan untuk menjadi Hamba Tuhan, namun dia lalai terhadap panggilan tersebut, sementara David Livingstone telah setia sampai akhir hidupnya.

Saya harap kita merenungkan hal ini, apakah hidup kita ini, kemana kita akan pergi dan apa yang kita tinggalkan. Amin.

(Ringkasan khotbah sudah diperiksa oleh pengkhotbah – KK)
GOD be praised!!!

Sabtu, 04 Juli 2009

05 Juli 2009

05 Juli 09

GRII Bintaro Jl Maleo Raya, Ruko Sektor 9; Blok G 8-9 Bintaro Jaya Sektor 9
Ibadah I 07.00 Ibadah II 10.00 (Gedung Gereja Imanuel)
Pengkhotbah: Pdt. Rudy Pranoto
Liturgis : Bp. Agung Waluyo (Ibadah I) ; Bp. Tangkas Siahaan (Ibadah II)

PRII BSD
Ruko Malibu Blok B-25 BSD
Ibadah 17.00
Pengkhotbah: Pdt. Rudy Pranoto
Liturgis : Bp. Bintang Sitompul

Pemuda Remaja (04 Juli 2009)
Setiap hari Sabtu 16.30 di GRII Bintaro

Pemuda - KK White (Eskatologi 1 - Adamic)
Remaja - Bp. Tangkas Siahaan

Jumat, 03 Juli 2009

Allah - Yunus, Niniwe, dan kita

Pdt. Rudy Pranoto

28 Juni 2009

Yunus 3:1-10

Dalam bagian yang kita baca, ada suatu perintah yang sama yang diulang kembali seperti yang ada dalam Yunus 1. Pada waktu itu Yunus melarikan diri dari perintah ini, dikatakan disini: “bangunlah, pergilah ke Niniwe.” Apakah waktu itu Yunus sedang dalam perjalanan ke Niniwe, seandainya demikian mengapa ada perintah lagi??? Disini ada penegasan lagi yang serius. Sebenarnya dalam ay 2 Yunus mungkin pergi ke Yerusalem untuk membayar nazar dan pulang ke rumahnya. Setelah itu mungkin terjadilah perintah ini. Disini ada jangka waktu, sehingga mungkin ada berita tentang kejadian Yunus ditelan di dalam perut ikan yang sampai kepada rakyat Niniwe. Yunus dingatkan kembali berita yang dahulu ditolaknya. Pekerjaan seorang hamba Tuhan seperti Yunus adalah menyampaikan apa yang diinginkan oleh Allah, sehingga semestinya dia tidak menentang. Namun Yunus adalah orang yang seringkali beargumen dengan TUHAN. Argumennya adalah bahwa bila Niniwe bertobat maka itu membahayakan Israel. Itu adalah alasan-alasan yang bersifat humanis. Allah pasti sudah mengerti. Ada perkataan bangunlah, namun dalam bahasa Inggris Yunus 1:2 ditulis against (menentang) namun dalam Yunus 3:2, cry unto (berteriak kepadanya) disini ada belas kasihan TUHAN. Ada hati yang mengasihi, kadang TUHAN berbicara keras namun terkadang lembut, disini ada perintah yang jelas. Seorang ayah biasa mewakili keadilan TUHAN, seorang ibu mewakili kelembutan TUHAN. Banyak wanita ingin menjadi pria, emansipasi wanita dsb. sehingga ada pertanyaan bernada tidak terima apakah Allah itu laki-laki, mereka bernyanyi she's got the whole world (lagu aslinya adalah He's got the whole world). Allah bukan monopoli laki-laki, ini adalah rasionalisasi yang keliru. Wanita itu sebagai istri yang lebih lemah namun sebenarnya equal. Orang merumuskan bahwa yang jantan harus itu laki-laki, Golda Meier (mantan PM Israel yang wanita) mengatakan mengapa yang jantan harus laki-laki??? Saya juga jantan, katanya. Ada yang menarik dalam lukisan Rembrant tentang anak yang hilang, tangan Bapa yang merangkul anak yang hilang itu satu tangan laki-laki dan 1 tangan perempuan, Allah itu memiliki kelembutan namun juga ketegasan. Kita harus mengenal Allah secara utuh.

Yunus sudah memberontak namun dia tidak dibuang oleh Allah, ini adalah kasih karunia yang sangat hebat, hal ini seharusnya membuat kita menghargai. Kalau kita bisa melayani bukan karena TUHAN butuh kita, namun itu adalah hak istimewa yang semestinya kita hargai. Ay 3-4 Yunus pergi ke Niniwe sesuai dengan Firman Allah. Mengapa Allah tidak membimbing Yunus langsung dari perahu langsung ke Niniwe, namun dia harus melalui perahu, ikan, baru ke Niniwe??? Ini menunjukkan bahwa bila Allah mau memakai maka Allah akan terus mendapatkan kita. Terkadang saya merasa mengapa begitu banyak tugas, ini adalah dosa karena bila kita bisa bertugas itu adalah anugerah TUHAN. Kesadaran anugrah adalah hal yang sangat perlu.

Niniwe adalah kota yang sangat besar. Mengapa orang-orang yang sangat jahat terus ditolong oleh Allah??? bandingkan Mzm 8:4-6, kita melihat siapa sebenarnya kita ini; Allah tidak butuh kita, ini semestinya menyadarkan kita bahwa kita adalah orang-orang yang mulia. Kota itu 3 hari perjalanan luas nya, lalu Yunus berjalan sehari perjalanan jauhnya, ada orang yang menafsirkan bahwa dia kurang serius, namun ada yang bilang itu serius karena pengalaman dalam perut ikan itu menyadarkannya. Peristiwa-peristiwa yang terjadi itu untuk membuat kita bisa refleksi diri, apa yang mesti saya lakukan. Disini Yunus tidak takut lagi menghadapi Niniwe; makin orang merasakan kebahagiaan Allah, seharusnya dia makin berani melaksanakan tugas pelayanannya. Mereka bisa mengerti bahasa Yunus, bukankah Yunus orang Ibrani??? Yes 36:11-13 mereka mengerti apa yang dikatakan Yunus meski Yunus bukan orang Niniwe. Dalam pemberitaannya Yunus berkata bahwa 40 hari lagi Niniwe akan ditunggang balikkan. Bagaimana mungkin berita yang singkat itu bisa mempertobatkan Niniwe??? Kata menunggang balikkan itu pernah juga dipakai untuk Sodom dan Gomora, itu adalah khotbah yang sangat keras. Dalam khotbah yang keras ada kasih Allah yang ingin dinyatakan. Unsur kasih sering kita lihat hanya dalam satu segi saja, yaitu pemberian, padahal kasih itu mengajar dan menyatakan keadilan TUHAN. Kata-kata ini dikatakan untuk Sodom juga, disini mereka mengenal bahwa Sodom telah dimusnahkan, apakah pengertian seperti ini penting??? Waktu Musa membicarakan hikmat; hati yang bijaksana dihubungkan dengan murka TUHAN (Mzm 90). Bila kita bijaksana kita perlu mengerti murka Allah. Itu dikatakan kepada orang-orang Niniwe seolah seperti ancaman, namun ancaman itu perlu. Ada orang yang terus menolak Injil, dan ketika di neraka dia akan berkata mengapa kamu tidak paksa atau mengancam saya supaya saya percaya Tuhan??? Kita kadang sungkan untuk mengancam, padahal memang ada suatu hal yang menakutkan yang harus kita sampaikan. Hal ini mengingatkan kita, pernahkan kita menginjili teman-teman kita, bahkan “mengancam” mereka. Ancaman kematian merupakan orang tua dalam kehidupan. Disini ada sifat paradoks, dalam ancaman ada stimulan. Jangan segan untuk mengancam dia agar dia terus berpikir. Ketika orang yang kita Injili ada di neraka maka mereka sudah tidak ada alasan untuk menuntut lagi. Hal ini unik dalam pemberitaan sedemikian Niniwe bertobat.

Ketika mereka bertobat tidak ada jaminan pengampunan, mereka hanya berharap: siapa tahu Allah mengampuni (ay 9). Bagaimana dengan kita yang sudah mendapatkan jaminan akan pengampunan dosa tersebut??? ini sangat ironis, seorang yang tidak ada jaminan tetap mau bertobat, bahkan sampai semua diikut sertakan. Ada penafsir yang mengatakan bahwa binatang yang tidak berakal disuruh untuk mengerti mengenai hukuman Allah melalui rasa lapar; ini bukan kecerobohan raja, mungkin ini adalah kesadaran yang samar akan murka Allah. Orang-orang Niniwe percaya bahwa teriakan binatang yang lapar itu akan didengar oleh Allah dan hal itu nanti dikonfirmasi bahwa Allah menyertakan binatang ternak sebagai alasan pengampunannya (4:11). Pertobatan raja dan penduduk Niniwe itu menunjukkan bahwa penggungaan kain kabung tidak terbatas pada Israel saja (Yeh 26:16). Dalam 8b mereka bukan hanya melakukan hal-hal lahiriah, namun mereka benar-benar bertobat dari dosa-dosa mereka. Calvin menyatakan bahwa puasa, kain kabung, bila tidak disertai hati maka hal itu justru bisa membangkitkan murka TUHAN. Mereka tidak tahu apa yang akan terjadi setelah mereka bertobat, ini adalah suatu refleksi bagi kita, kita sidah tahu jaminan pengampunan, namun kita tetap tidak mau bertobat. Raja pun bertobat, bagaimana dengan kita. Ada yang berkata, ada orang ingin bertobat, namun tidak mau meninggalkan hal-hal lahiriah kebesaran, kenikmatan dsb. disini sang raja memakai kain kabung, dia tidak memakai kain ungu (pakaian kebesarannya). Sang raja menanggalkan kedudukannya dan mau merendahkan diri, karena dia takut kepada Allah yang adalah Raja diatas segala raja. Bila hal itu bisa terjadi, maka hal itu adalah karena Allah sudah memberikan benih iman kepada mereka. Kita harus merenungkan hal ini, mereka bertobat meski tidak ada jaminan pengampunan. Yoel 2:14 kalau mereka hanya medengar ancaman dan mereka bertobat, namun kita yang ada jaminan, kita jauh lebih berengsek dari pada Niniwe, biarlah ini menjadi perenungan buat kita. Niniwe ini dijadikan pembanding oleh Tuhan Yesus, ini adalah suatu hal yang penting sehingga Tuhan membandingkannya. Mat 12:41, khotbah Yesus ini membandingkan orang-orang pada zaman-Nya dengan Niniwe, Yesus lebih besar dari Yunus namun banyak yang tidak bertobat, padahal pada waktu Yunus berkhotbah, Niniwe bertobat. Kita mempercayai kedaulatan TUHAN, namun Alkitab juga mengajarkan mengenai tanggung jawab manusia. Maunsia melakukan berdasarkan tanggung jawabnya; siapa yang bersalah akan dihukum, kita tidak dapat mempersalahkan TUHAN. Pertobatan Niniwe dipakai untuk menunjukkan ketegar tengkukan bangsa Israel yang tetap tidak mau bertobat. Ini sangatlah ironis dan mengingatkan kita semua. Abraham yang tidak ada Firman (Alkitab seperti kita), dia taat tiap perkataan TUHAN, TUHAN berfirman sekali dan dia taat; namun kita yang sudah memiliki Alkitab, Dia berkata banyak kali namun kita tidak taat. Orang Israel tidak bertobat, pertanyaannya pertobatan Niniwe itu sejati atau bukan??? Tidak mungkin seluruh kota bertobat, karena segera kota itu bermusuhan dengan Israel dan Yehuda; namun ada yang bertobat juga dengan sungguh-sungguh sebab bila tidak bagaimana mungkin Yesus berkata bahwa mereka bertobat. Niniwe akhirnya memang jatuh lagi kedalam dosa, Niniwe dihancurkan oleh Cyaxares dan sekutunya pada tahun 606 SM.

Ay 10, menyesallah Allah karena malapetaka yang telah dirancangkan-Nya, dan Dia tidak jadi melakukannya. Menyesal bukan berarti Allah salah. Hal ini jelas menyatakan belas kasihan Tuhan. Dari menghukum menjadi tidak menghukum, disini ada satu dinamika yang merupakan keunikan dalam diri Allah. Dari apa yang kita sudah baca ini, kita melihat Allah menubuatkan kehancuran Niniwe. Secara esensi, Allah tidak berubah, namun dalam dinamikanya dia berubah. Apakah Allah mengampuni Niniwe karena pertobatan mereka??? Pertobatan mereka adalah karena iman (5), iman ini diperlihatkan dengan perbuatan pertobatan mereka, iman tanpa prbuatan adalah mati. Perbuatan bukan melengkapi iman yang belum cukup, namun iman itu ditunjukkan melalui perbuatan. Ini adalah renungan bagi kita semua untuk melihat diri kita agar kita belajar untuk mengenal Tuhan; bila Dia masih berbelas kasihan, janganlah kita bermain-main, namun serius.

(Ringkasan khotbah ini sudah diperiksa oleh pengkhotbah -KK)

GOD be praised!!!